Halloween party ideas 2015




 Sedikit tentang Bukit Danau

Seperti dikatakan pada bagian pertama, Bukit Danau adalah danau di atas bukit. Ah..ini hanya permainan kata saja, dibolak-balik. Memang demikian woe…danau itu ada di atas bukit. Danau itu memang dibuat seperti itu. Jadi bukan danau alami, yang muncul seperti itu.

Danau ini dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai sebuah kawasan dermaga. Kelilingnya ada 7 rumah. Tampak seperti perumahan di pinggir laut. Ada juga kolam di pinggir lantai dasar rumah. Kolam itu berbatasan dengan pinggir danau itu. Pemandangannya indah sekali.

Panjang danau buatan ini sekitar 300 meter. Lebarnya 25-30 meter. Dalamnya tidak tahu, mungkin 1,5-2 meter. Ada rumah yang disertai perahu/sampan. Jadi siapa yang berkunjung ke rumah ini boleh memakai sampan itu. Rumah-rumah itu dijadikan villa dan rumah persitirahatan oleh pemiliknya. Kami menggunakan salah satu dari 7 rumah itu.

Rumah-rumah itu sebagian besar pemiliknya tinggal di Jakarta. Memang itu rumah orang ‘berpunya’. Orang kecil tentunya tidak bisa membeli tanah lalu mendirikan rumah-villa sebagus rumah-rumah ini. Meski demikian, penghuni harian rumah-rumah ini adalah warga sekitar. Merekalah yang merawat dan membuat rumah ini indah dan bersih. Mereka menjadi penjaga rumah dan kompleks.

Saya mendapat bocoran ‘rahasia perusahaan’ dari beberapa penjaga di sini. Mereka giat mempromosikan rumah-vila itu untuk digunakan oleh pengunjung. Dari situlah mereka memperoleh penghasilan tambahan selain dari gaji bulanan. Tak heran jika rumah ini sering dipakai oleh bule-bule yang ingin menikmati indahnya kawasan Cipanas khususnya daerah Vila Bukit Danau.

Bukit Danau memang memberi kesejukan di hati. Di kala ada stres, pikiran penat, datanglah ke sana dan akan mendapat penghiburan hati. Memandang permukaan danau yang indah, mendengar gemercik air, memerhatikan liuk-liuk ekor ikan, dan sebagainya. Saya bersyukur kepada Tuhan untuk indahnya daerah ini. juga, terima kasih selimpahnya kepada pemilik salah satu rumah itu, yang hampir setiap tahun, kami gunakan untuk berekreasi di sini. (Habis)


PA, 7/8/2012
Gordi Afri


Ada orang yang minum teh setiap hari. Bahkan ada yang satu hari lebih dari satu kali minum teh. Ada juga yang sehari sekali. Ada yang kadang-kadang. Di balik teh siapa yang tahu proses pembuatannya?

Saya minum teh kadang-kadang saja. Proses pembuatannya panjang. Namanya proses pasti panjang. Di antara proses itu tentunya ada tumbuhan atau pohon teh atau bunga teh atau apalah sebutannya. Yang jelas tempat tumbuhnya sering dikenal dengan sebutan kebun teh.

Hari ketiga camping ini, kami melihat dari dekat kebun teh. Saya agak lupa namanya. Yang saya ingat kebun teh di kawasan Gungun Mas. Semoga demikian adanya. Mereka yang sering ke puncak dan melewati puncak pass pasti akrab dengan nama ini.

Ya..kami ke situ melihat kawasan kebun teh yang luas. Ada blok-blok kebun teh. Isinya hanya teh saja, tidak ada tanaman lainnya. Indah sekali seperti melihat hijaunya padi. Inilah kebun the. Dari teh hijau ini dipetik daunnya. Lalu, diolah hingga menjadi teh dengan berbagai bentuk. Ada daun, ada serbuk, dan sebagainya. Ada ahlinya yang menjelaskan detail.


Kami makan siang di kawasan ini. Ada banyak pengunjung hari ini. Dari rombongan anak TK hingga SMA. Ada juga pemuda/I, ada penjual topi dingin, selendang batik, mainan anak-anak, oleh-oleh khas Bogor-Puncak, dan sebagainya. Setelah semuanya kami nikmati, kami kembali ke rumah. Demikian perjalanan hari ketiga camping. (Bersambung....)     

PA, 7/8/2012



Hari ini (11/6/2012) hari kedua camping. Kemarin kami tiba. Langsung menikmati dinginnya suasana di bukit danau. Kami capek setelah menikmati perjalanan yang sempat macet dari Jakarta.

Hari kedua ini kami isi dengan kegiatan menarik. Saya dan beberapa teman mengalami persaudaraan dalam perjalanan mendaki bukit. Di atas bukit kok masih mendaki bukit. Ya karena kawasan ini terdiri atas bukit-bukit. Jangan bangga tinggal di bukit danau karena di atasnya masih ada bukit lagi.

Dalam pendakian itu kami merasakan kelelahan fisik kami. Otot kaki regang, lutut siap bergetar ketika turun. Kami mendaki hingga bukit menjelang kawasan gunung. Tinggi sekali.

Jangan tanya bagaimana pemandangan dari atas sana. Kami melihat rumah yang kami pakai jauh sekali. Letaknya jauh di bawah. Mata kami hampir saja tidak melihatnya. Maka, kami menggunakan lensa sehingga yang kecil tampak besar, yang jauh tampak dekat.

Lebih dari sekadar melihat pemandangan indah itu, kami bertemu para petani kacang keledai. Mereka menyiangi rumput di kebun miring di hamparan bukit itu. Sinar mentari tak mereka hiraukan demi kacang keledai itu. Ada juga kacang tanah dan sejnis kacang lainnya. Tanah yang subur itu cocok untuk ditanami kacang-kacangan.

Kami tahu betapa  beratnya perjuangan mereka. Anak-anak mereka mungkin ongkang-ongkang di sekolah, berfoya-foya, padahal orang tua mereka hiruk pikuk membersihkan ladang demi mendapatkan hasil yang bisa dijual.


Kebun ini sampai di ujung bukit. Kami melewati tanah miring ini. Hampir saja ada yang tidak bisa. Beberapa teman memang mundur duluan. Kami yang lain, jalan terus, bahu membahu mencapai puncak bukit. Kami sampai di batas kebun. Di atasnya hanya ada hutan sampai di puncak gunung. Sampai di sini. Kami kembali ke rumah. Demikian perjalanan hari kedua. (Bersambung..)

PA, 7/8/2012
Gordi Afri

Baca juga Tulisan sebelumnya: Danau di Atas Bukit 1


Ada danau di atas bukit. Biasanya danau ada di kaki bukit. Sebab, air berkumpul di tempat yang rendah dan mengalir dari tempat yang tinggi. Ini agak lain, danau di atas bukit.

Inilah tempat kunjungan kami. Kami jadikannya sebagai tempat camping selama beberapa hari di bulan Juni ini. 10 Juni-14 Juni. Empat hari, lumayan.

Kami berangkat pagi ini dengan 4 mobil. Tiga mobil penumpang dan satu untuk barang-barang keperluan kami. Dua di antaraya Kijang LGX dan dua lainnya L-300.

Kami mengisi liburan ini dengan camping. Maka memang tujuannya adalah rekreasi. Juga menikmati suasana liburan. Liburan di tempat tinggi di mana udara jadi bersih, dingin-sejuk, segar. Beda dengan Jakarta, panas, polusi, bising, dan sebagainya.


Akhirnya kami menyaksikan danau di atas bukit. Seperti apakah danau itu? Kita nantikan laporannya pada tulisan berikutnya.

Tulisan ini sengaja pendek. Bukan karena kehabisan ide. Kata orang tulisan pendek itu mudah dibaca apalagi untuk ukuran media online. Saya memang sudah mengulas hal ini di blog kompasiana. Maka, saya tidak berhenti pada mengulas tetapi juga mempraktikkan. (Bersambung...)

PA, 7/8/2012

Gordi Afri



Diberdayakan oleh Blogger.