Halloween party ideas 2015

foto dari aufridahanityasumarto.blogspot.com  


Kali ketiga saya ke rumah sakit lagi. Gejala penyakitnya hampir sama. Itulah sebabnya saya juga semangat ke rumah sakit. paling tidak saya bisa meyakinkan pasien bahwa kamu tidak sendiri dalam sakit ini. Ada pasien lain yang punya gejala sama.

Selasa, 26 Maret 2013. Seorang anak muda datang pada saya. Dia sakit dan dia memberitahu gejalanya. Lalu, saya menyuruhnya istirahat. Sebentar lagi akan diantar ke rumah sakit. dia kembali. Saya menyiapkan segala keperluan untuk berangkat ke sana.

Pukul 10, kami berangkat. Tidak banyak yang dibicarakan dalam perjalanan. Saya kosentrasi menyetir. Kebetulan jalanan ramai. Banyak sepeda motor dan sepeda di jalan. Juga mobil pribadi yang berjubel. Inilah potret kota Yogyakarta kini.

Saya mengantar dia masuk. Lalu, saya mencari tempat parkiran di luar kompleks. Setelahnya, kami ke dalam. Saya mengurus administrasi. Mulai dari kartu berobat, tagihan, dan nomor urut di loket berobat. Saya memasukan kertas nomor itu di loket yang ditunjuk. Tak lama kemudian, dipanggil.

Perawat memeriksa dan menulis semua keluhan. Ada tensi darah, pengecekan di tubuh dan rongga mulut. Lalu, kami keluar ke ruang tunggu.

Tidak lama kemudian perawat memanggil lagi. Kami masuk dan bertemu dokter. Dokter memeriksa. Lalu, dia menyuruh kami ke laboratorium pemeriksaan darah. Lab ada di lantai 2. Kami turun ke sana.
Di sana prosesnya lama. Kami disuruh ke loket tagihan di lantai 1. Saya mengurus dan tuntas. Naik lagi dan mengembalikan kertas ke bagian lab. Kami disuruh duduk dan menunggu panggilan. Di sinilah permulaan duduk berlama-lama.

Saya mengambil koran KOMPAS di ruang tunggu. Saya membaca beberapa halaman. Kemudian, ada panggilan. Teman saya masuk dan perawat mengambil darah. Setelah itu, duduk kira-kira 45-1 jam.

Bagian lab memanggil dan menyerahkan hasil pemeriksaan darah. Kami membawa bukti itu ke atas, lantai 3, dan menyerahkan pada dokter. Kami duduk menunggu kemudian masuk bertemu dokter. Dia menulis semua resep dan menyerahkan pada kami. Di sini kami menunggu sekitar 30 menit.

Kami turun ke lantai 1 untuk menyerahkan resep. Duduk selama 45 menit dan dipanggil untuk mengambil obat. Wuahhhh selesai.

Beginilah kalau kita mengurus pasien di rumah sakit. modal utama adalah kesetiaan dan kesabaran untuk menunggu. Siap-siap untuk keluar masuk ruangan dan ngurus sana-sini dari loket ke loket.

Setelah dapat resep, kami langsung pulang. Wahhh lega rasanya. Saya mengisi solar mobil dalam perjalanan pulang. Selesailah sudah petualangan 3 hari ke rumah sakit. semoga esok tidak ada lagi yang sakit. (habis)***

PA, 30/3/13
Gordi



foto dari web.akperpantirapih.ac.id
Perjalanan kunjungan dosen ke Rumah Sakit Panti Rapih hari Sabtu kemarin, rupanya bukan perjalanan terakhir ke tempat itu. Hari ini, Senin, 25/3/13, saya harus ke sana lagi. Perjalanan apa lagi ini? 

Saya mengantar sahabat saya. Dia sakit. Pukul 12.15, kami berangkat dari rumah. Panas terik matahari. Lagi-lagi, saya mengemudi mobil. Beruntung saya ini jadi sopir. Kalau tidak, sahabat saya akan naik taksi atau angkutan umum.

Kami masuk di UGD (Unit Gawat Darurat). Saya menurunkan sahabat saya. Kemudian, menuju tempat parkir di luar parkiran. Parkiran RS penuh. Saya memarkir di pinggir jalan. Di situ ada tukang parkirnya.

Saya masuk lagi dan bertemu sahabat saya yang setia menunggu. Lalu, kami masuk dan menuju ruang UGD. Rupanya ruang ini penuh. Petugas di situ menyarankan kami ke lantai 3. “Di atas ada dokter umum. Silakan hubungi petugas pendaftaran di sana nanti,” demikian penjelasannnya.

Kami keluar dan mengikuti rute yang ditunjuk. Keluar dari pintu lalu ke Kanan dan menuju lift. Kami tiba di lantai 3. Ruang tunggu penuh. Kami menuju tempat pendaftaran. Sahabat saya sudah punya kartu berobat di RS ini. Dia menyebut nama dan mencocokkan dengan data yang ada di RS. Keluarlah nomor pendaftaran.

Saya memasukkan kertas pendaftaran itu ke loket 315(!). di terima oleh perawat di sana. Lalu, kami disarankan untuk tunggu. Nanti ada panggilan. Kami duduk di ruang tunggu.

Selang 15 menit, nama sahabat saya disebut dalam panggilan. Kami masuk dan memeriksakan diri. Perawat menanyakan keluhan sakitnya. Panas naik turun-menggigil-mata merah-bintik-bintik merah di sebagian tubuh-mulut luka.

Lalu, perawat itu mengukur tekanan darah dengan alat tensi darah. Tekanan darah normal. Dia mengetik semua keluhan tadi beserta tekanan darah. Lalu, kami dipersialakan keluar lagi dan tunggu dipanggil.

Kami keluar ke ruang tunggu. Kami mengurus surat tagihan. Karena, tagihan ditujukan ke komunitas/lembaga, kami mengurusnya di lantai 1, di kassa pusat. Setelah mendapat surat keterangannya, kami naik lagi. Surat itu nanti penting saat pembayaran. Karena teman saya merasa bisa sendiri dan masih kuat, saya pulang duluan. Dia meminta saya untuk pulang saja. Memang saya punya tugas di rumah.

Terima kasih untuk pengalaman hari ini. Saya turun pakai lift. Kemudian keluar dan menuju tempat parkir. Setelahnya saya mengemudi mobil dan kembali me rumah. Siang hari......
(bersambung)***




PA, 26/3/13
Gordi






foto ilustrasi dari nana-catatanku.blogspot.com
Ini perjalanan unik dan luar biasa. Unik karena baru mengalaminya. Luar biasa karena melihat tempat yang sama dalam selang waktu 4 hari. 

Hari Sabtu, 23/3/13 yang lalu, saya dan 3 teman pergi ke RS Panti Rapih, Yogyakarta. Kami menjenguk seorang mantan dosen saya dulu (tahun 2005/6). Dia sakit dan sedang dirawat di sana.

Saya mengemudikan mobil. Kami membeli sedikit oleh-oleh untuknya. Kami masuk di Ruang Carolus Nomor 062(!). Ruang itu agak luas. Khusus untuk perawatan pasien dewasa.

Istrinya membukakan pintu ruangan ketika kami mengetoknya. Di dalam ada keluarga besarnya. Dia berbaring di tempat tidur sambil makan makanan ringan dan menonton siaran TV.

Kami menyapanya dan berjabatan tangan. Dia tersenyum dan tampaknya senang dengan kunjungan kami. Kami mengobrol panjang lebar. Istrinya mempersilakan kami minum air aqua dan menyantap makanan ringan. Kami menerima hidangan itu sebagai bentuk penghargaan kepadanya.

Sambil bercerita, kami juga menyaksikan siaran TV. Kebetulan ada siaran seputar pertandingan ArabSaudi melawan Indonesia dalam rangka kualifikasi Piala Asia 2015. (pertandingan ini akhirnya dimenangkan ArabSAudi 2-1).

Dosen kami ini tampak segar. Rupanya dia sudah bisa kembali ke rumah. Dokter sudah menyarankan untuk kembali. Hanya saja, dari pihak rumah sakit tidak mengizinkan untuk pulang hari Sabtu sehingga mereka akan pulang pada esok hari.

Sebelum pulang, kami berdoa bersama keluarga besar ini. Anak-anak dan anggota keluarga yang lain, yang dari tadi duduk di teras luar, dipersilakan masuk. Kami berdoa bersama dan diakhiri dengan memohon berkat Tuhan melalui tangan seorang pastor.

Kemudian kami pamit. Saya mengambil mobil di tempat parkir. Tak lupa saya mengembalikan kartu parkir dan membayar sejumlah uang (Rp. 2000). Kemudian, kami keluar dari kompleks rumah sakit. Semoga lekas sembuh ya pak dosen. (bersambung)***

PA, 26/3/13
Gordi



gambar dari en.wikipedia.org
Rabu, 20 Maret 2013 menjadi tanggal bersejarah. Bukan sejarah nasional tetapi sejarah kehidupan di Yogyakarta. Hari ini saya masuk Rumah Sakit Panti Rapih. Bukan menjadi pasien tetapi mengantar pasien. 

Ceritanya demikian. Sekelompok pemuda yang kami bina di Yogyakarta pulang kuliah pada Rabu siang. Mereka menyeberang—seperti biasa—di jalan ramai. Biasanya menyeberang berombongan sehingga mobil dan motor berhenti sejenak. Mereka menggunakan sepeda.

Saya tidak tahu peristiwa sebenarnya. Tetapi dari teman-teman, saya tahu kisahnya. Entah seorang teman ini menyeberang sendiri atau nekat nyeberang, sehingga dia tertabrak sepeda motor.

Dia luka di kakai, tangan, dan memar di badan. Saya tidak tahu pengendara motor yang menabraknya, luka di bagian mana. Tetapi yang jelas, teman kami ini luka parah.

Saya melarikan dia ke rumah sakit. Nekat, dan tanpa helm. Lewat di dua kantor polisi di pinggir jalan. Saya sudah punya alasan untuk berargumen jika polisi menahan saya. Saya membawa pasien yang tertabrak di pinggir jalan. Tak mungkin dia menahan. Kalau ditahan akan saya jawab sesuai argumen saya.

*****

Untung tidak ditahan. Perjalanan mulus. Saya bawa teman ini ke Rumah Sakit panti Rapih. Masuk di bagian IGD, Instalasai Gawat Darurat. Dua petugas keamanan rumah sakit langsung mengambil kursi roda ketika kami tiba di depan rumah sakit. Mereka mengantar teman kami ini ke ruang perawatan dan mempersilakan saya memarkir motor. Saya menuju pojok parkiran dan memarkir motor.

Kemudian saya masuk. Saya mencari di ruang perawatan tetapi tidak ada teman saya. Saya tahu ruang yang saya tujukan itu benar, ruang perawatan. Tetapi, kok tidak ada. Saya menuju ruang informasi. Mbak yang berjaga juga tidak tahu, ke mana tadi teman saya. Dia menganjurkan menuju ke ruang yang saya tuju tadi. Saya masuk lagi dan akhirnya bertemu.

Dua perawat dan seorang dokter merawat teman saya. Luka-lukanya dibersihkan lalu diobat. Ada cairan yang dioleskan. Setelahnya dibungkus dengan kapas dan plester luka.

Sesaat kemudian, petugas dari bagian pasien memanggil saya. Dia meminta data teman kami untuk dibuatkan kartu pasien rumah sakit. Saya mengisi formulir dan akhirnya dapat kartu itu. Ternyata kartu itu hanya untuk pasien. Saya ingat pengalaman saya di Rumah Sakit St Carolus-Jakarta beberapa waktu lalu ketika membuat kartu itu. Saya bertanya apakah yang bukan pasien juga bisa mengurus kartu itu. Ternyata tidak, “harus jadi pasien dulu,” katanya.

Saya kembali ke kamar perawatan teman saya. Luka-luka sudah diurus. Mereka meminta untuk difoto (rontgen) dan kami setuju. Sebab, kaki teman kami ini tadi sempat keseleo/terkilir. Saya mengantar bersama perawat/ saya menunggu di ruang tunggu.
Kemudian, teman saya keluar dan kami menuju kamar perawatan lagi. Kami menunggu lama di situ. Sambil bercerita, membuat teman saya tidak merasa sakit atas luka-luka yang ada. Setelah 1,5 jam, keluarlah hasilnya. Tidak ada keretakan atau pergeseran pada pergelangan dan tulang kaki kanan. Lalu, kami menunggu resep obat.

*******

Kami menunggu resep ini agak lama. Saya menyerahkan daftar reep dari dokter dan mendapat kartu antri dengan nomor 1097. Menunggu panggilan dari loket 2, loket pembayaran. Setelah dipanggil, saya masuk dan ternyata ada kesalahan prosedur. Kami mau membayar lewat jalur instansi. Istilah di rumah sakit itu, membayar lewat piutang.

Saya dipersilakan menuju kasir pusat untuk mengurus ini. Untung saja di sana tidak ada antrian. Saya mengurus cepat lalu kembali ke loket pembayaran. Saya menyerahkan resep beserta keterangannya. Kami masih menunggu sekitar 30 menit. Lalu, obat keluar. Kami pulang naik motor.

Lagi-lagi tidak ada helm. Saya lewat jalan ramai dan besar. Polisi tidak menahan kami. Mungkin mereka melihat teman saya berbalut plester luka. Saya memacu motor dengan kencang. Sebab, sudah sore hari.

Wah...sampai di ruamh sudah sore. Capek...... Istirahat sebnatar lalu mandi.....

Terima kasih Tuhan atas penyertaan-Mu pada pengalaman hari ini.

PA, 21/3/13
Gord
Diberdayakan oleh Blogger.