Halloween party ideas 2015



Menelusur Kota Siberut

foto di dermaga Siberut
Esok harinya, Senin, 5 Mei 2013, saya dan Kornel jalan-jalan. Jalan-jalan untuk emngenal Siberut. Mengenal berarti mengetahui seluk-beluk. Tetapi bukan soal sejarah yang kami telusuri. Kami hanya mengunjungi beberapa tempat saja.

Mulai dari mengunjungi kebun pastoran. Kebun ini luasnya 10 ha. Lahan kosong yang sebagian kecilnya ditanami pohon Sengon. Sebagian besarnya nanti akan ditanam kelapa. Ini rencana. Sayang kalau tidak ditanam. Tanah ini subur dan berpotensi untuk menghasilkan buah kelapa.

Di situ kami singgah sebentar, melihat-lihat pohon kecil yang baru ditanam itu. Belum setahun ditanam tetapi sudah tinggi, hampir 3 meter. Ini berarti tanah ini subur. Dari tumbuhan yang hidup di situ bisa dipastikan, tanah ini subur. Sebab, tetumbuhan bertumbuh sehat.

Kami tak mau berlama-lama di sini. Kami melanjutkan ke pelabuhan baru. Pelabuhan ini diresmikan beberapa tahun lalu. Di sinilah tempat berlabuhnya, bersandar, kapal feri dari Padang. Ada pelabuhan lama yang digunakan untuk sandar kapal kecil dan kapal barang. Sementara pelabuhan baru ini untuk sandar kapal besar. Sebesar feri.

Kami mengambil beberapa foto di situ. ini sebagai kenangan terutama untuk saya yang mungkin hanya kali ini saja mengunjungi daerah ini. Syukur-syukur kalau bisa mengunjungi tempat ini lagi. Kalau tidak berarti ini momen istimewa. Kaena istimewa, saya berani ambil foto di sini.

Dari sini, kami mengelilingi daerah Siberut. Rupanya ada jalan lain di belakang ukit pastoran. Kami menyusur jalan ini dan tiba kembali di pastoran. Saya baru tahu, lumayan asyik juga perjalanan ini. Jaraknya tidak panjang tetapi sensainya luar biasa. Jalanan kecil menuntut perhatian yang besar. Jika tidak, motor bisa keluar jalan. Atau tertabrak dengan motor lainnya. (bersambung)

Siberut-Mentawai-Sumbar, 10/5/2013
Gordi


Sebelumnya:




Perjalanan Pulang Nan Menyeramkan

suasana di laut, foto dok. pribadi
Perjalanan pulang amat menarik juga. Inilah perjalanan menantang yang saya alami di Siberut ini. Badai kecil mulai, ombak meninggi. Ini belum seberapa menurut teman-teman saya. Kami, 5 orang,  yang ada di boat mau menjemput seorang teman di daerah Tololago. Boat ini berangkat dari Pei-pei.

Perjalanan ke Tololago inilah yang menantang. Dua kali boat merapat ke tempat pemberhentian tetapi teman kami belum sampai di situ. Kami putar haluan lagi. Belok ke arah yang lebih dekat dengan kampung Tololago. Di situ juga tidak ada. Ombak makin deras dan air laut mulai pasang (naik). Air laut naik dari samping dan depan boat. Tidak seperti kemarin waktu datang. Kami pun basah meski sudah duduk diam-diam di dalam boat.

Menurut teman-teman saya dan operator ini memang sedang ombak besr. Belum bisa dikatakan badai besar. Badai tetapi belum seberapa. Saya memang tidak takut tetapi saya kedinginan baju dan celana basah kuyup. Inilah petualangannya.

Kami berjalan pelan-pelan ketika menyusuri bandar Monaci. Suasana gelap mulai terasa ketika kami masuk kawasan ini. Sesekali mesin boat diturunkan gasnya agar bisa mendengar bunyi boat lain. Dan benar. Kami berjumpa 4 boat dan pompong. Mereka baru pulang dari Siberut. Ada yang berkeluarga. Ada yang hanya berdua anak muda semua.

Di sini memang ibaratnya kita jalan di tikungan tanpa klaskson. Harus hati-hati. Menurut teman saya, di sini rawan kecelakaan. Bandar ini memang kecil. Cukup untuk 2 boat yang berpapasan. Selain itu, di beberapa bagian ditutup pohon bakau besar. Di sinilah pandangan mata tertutup.

Setelah semua ini lewat, sampailah kami di pastoran. Senang rasanya melewati semua ini. Pengennya mandi air hangat. Di pastoran ada air hangat. Tetapi, saya memilih mandi air dingin. Biar tambah segar. Pakaian saya memang mulai kering. Kering di badan.

Kalau mandi air hangat malah nanti berkeringat. Lebih baik air dingin sekalian biar asuyik. Dan memang saya merasa segar.

Setelahnya kami makan bubur ayam. Saya makan sedikit saja. Bukan karena tidak enak. Bubur ayam itu enak. Hanya saja saya sedang tidak ada nafsu makan. Saya pun makan banyak buah. Ini yang menangkal kedinginan selama dalam boat.

Buah-buahan ini juga bisa mengusir gejla flu yang disebabkan kedinginan dan masuk angin. Saya yakin benar ini sebab sudah dialami. Mujarabnya bukan main. (bersambung)

Siberut-Mentawai-Sumbar, 10/5/2013
Gordi


Sebelumnya:



Teman Saya Memimpin Ibadat

Teman saya memimpin ibadat
Pukul 10, teman Kornel memimpin ibadat. Saya mengikuti dengan saksama. Memakai dua bahasa. Bahasa Indonesia dan Siberut. Kornel sudah bisa berbahasa Siberut. Saya hanya mendengar dan mengikuti saja. Kalau doa atau lagunya bahasa Indonesia baru saya ikut. Kalau tidak saya hanya menerka saja artinya. 

Selesai doa, saya diminta perkenalkana diri. Sebagai orang baru, saya perkenalkan diri. Banyak pertanyaan mereka. Saya menjawab semua. Menarik dan amat senang berada di antara orang-orang kampung seperti ini.

Setelah ibadat, kami cerita-cerita dengan beberapa umat. Kemudian menuju rumah bajak gereja untuk makan siang. Setelahnya kami berjalan-jalan di pantai sambil menunggu jemputan.

Di pantai ada beberapa boat dan sampan milik orang-orang Malilomo. Mereka rata-rata punya boat sebagai alat transportasi ke kampung lainnya. Bahan bakar tidak sulit karena kapal dari Padang selalu datang setiap minggu. Pernah beberapa kali datangnya telat, harga bahan bakar pun menanjak. Inilah yang sering mereka keluhkan. Meski demikian, mereka bahagia bisa bepergian ke kampung lain termasuk ke ibu kota kecamatan dan kabupaten dengan boat mereka.

Pantainya bersih dan bersahabat. Bersahabat maksudnya tidak ada ombak atau badai yang menyeramkan. Kornel sempat mandi di sini sebelum kami melihat dair jauh ada boat. Bunyinya khas dan kami hafal bunyi itu. Kami bergegas ke rumah singgah untuk mengambil barang kami. Kami menunggu hingga pukul 17.15. (bersambung)

Siberut-Mentawai-Sumbar, 10/5/2013
Gordi


Sebelumnya:




Yang Unik di Malilimo

Rumah umat di Malimo, foto dok. pribadi
Saya dan Kornel menuju rumah bajak (pengurus) gereja. Suasana mulai malam. Untunglah Kornel masih ingat rumahnya. Bapak ini bersama keluarganya menerima kami. Kami mandi lebih dulu.

Tempat mandinya sederhana. Tidak ada kamar mandi. Hanya ada drum penampung air. Dekat dengan dapur rumah. Untunglah suasana sudah gelap. Tidak ada orang yang lalu lalang. Di situ juga ada banyak pohon cokelat. Airnya segar, dingin.

Setelahnya, kami kembali ke rumah bajak. Setelah minum-minum teh sebentar, kami makan malam. Inilah makan malam kedua bersama masyarakat Mentawai. Makan tanpa sendok. Menjadi hal baru bagi saya setelah sekian lama tidak pernah makan pakai sendok. Ini khas Mentawai. Makanannya enak. Nasi plus ikan khas Mentawai.

Setelah makan, kami bersama pak bajak menuju rumah seorang bapak untuk persiapan ibadat mingguan besok. Persiapannya berupa doa bersama. Saya menikuti saja doa ini karena menggunakan bahasa Mentawai. Saya tidak mengerti tetapi bisa menebak sekarang doa ini yang dipanjatkan.

Setelah doa kami berbincang-bincang dan sel;anjutnya menuju rumah penginapan. Bapak yang menerima kami di rumah penginapan ramah sekali. Rumah sederhana tetapi menjadi rumah mewah untuk ukuran kampung Malilimo. Lantai semen dan berdinding papan. Atap seng. Kamar mandi lengkap tetapi airnya berharap pada air hujan.

Kamar kami dipersiapkan cepat. Ada kasur dan selimut plus bantal. Menurut Kornel, kamar ini termasuk mewah. Ada yang hanya berupa tikar saja. Lalu, kami membentangkan kelambu yang kami bawa dari pastoran. Kornel memang hebat, sudah menyiapkan perlengkapan.

Kami tidur nyenyak malam ini. Bangun besok pagi lalu mandi. Kali ini mandi di air sumur. Airnya berwarna kekuning-kuningan. Tetapi ini air bersih untuk ukuran Siberut. Mungkin warnanya saja yang kelihatan tidak bersih.

Setelah mandi, kami sarapan. Sarapan dua kali. Di rumah ini dan rumah bajak gereja. Minum the hangat dan makan ubi serta roti dan pisang goreng. Enakkkk.

Selanjutnya kami menyiapkan diri untuk ikut ibadat mingguan di gereja Katolik Stasi Malilimo.

Di gereja sudah berkumpul anak-anak sekolah dans ebagian umat. Ada yang di dalam ada pula myang di luar. Pagi-pagi tadi, beberapa anak membersihkan gereja. Luar dan dalam. Gereja pun tampak bersih ketika umat masuk dan siap berdoa. (bersambung)

Siberut-Mentawai-Sumbar, 10/5/2013
Gordi


Sebelumnya:





Berkunjung ke Malilimo

pantai Malimo, foto dokumen pribadi
Sore hari, pukul 17.00, saya dan teman-teman berangkat ke beberapa daerah sekitar Muara Siberut. Ada yang ke Tololago, Malilimo, dan Pei-pei. Saya ikut ke Malilimo bersama teman Kornel. Ini pelayaran mengasyikkan dan penuh petualangan. Rencananya kami bermalam di daerah tersebut.

Suasana sore ini cerah. Tidak ada rintangan untuk berlayar. Memang benar demikian adanya. Saya mengambil beberapa gambar di sekitar tempat kami naik speed boat. Boat ini bukan boat canggih seperti milik polisi air. Boat ini dirakit sedemikian rupa. Bodinya dari kayu, berbentuk sampan, dengan ukuran tertentu. Di belakangnya ditaruh mesin khusus untuk boat. Mesin dengan macam-macam ukuran, 15, 25, dan 40 Pk inilah yang menggerakkan boat ini ke depan dan ke belakang.

Sore itu, kami menaikkan semua barang bawaan dan ditempatkan di bagian tengah. Boat inilah yang kami gunakan dari Sikabaluan ke Siberut hari Jumat kemarin.

Kami berangkat pukul 17.00 melewati muara sungai besar. Lalu melewati bandar, selokan dalam bahasa Siberut. Ukuran bandar pas untuk dua boat yang berpapasan. Makanya di sini boat harus berjalan pelan terutama di tikungan. Kiri-kanan bandar dipenuhi pepohonan mirip pohon sagu. Sagu adalah makanan khas Mentawai.

Keluar dari bandar, kami memasuki kawasan teluk. Lautnya tenang, langit cerah, matahari mulai merah, pokoknya asyik dan indah pemandangannya. Di kiri-kanan teluk ada hutan bakau yang luas. Setelah melewati semua ini, satu per satu, kami turun. Pertama seorang teman yang menuju Tololago. Kemudian, kami berdua di Malilimo. Lalu terakhir, 2 teman di Pei-pei bersama 1 operator boat. (bersambung)

Siberut-Mentawai-Sumbar, 10/5/2013
Gordi


Sebelumnya:
Diberdayakan oleh Blogger.