Halloween party ideas 2015

Sudah saya singgung sebelumnya tentang kapel atau gereja kecil ini. Kapel ini tentu saja dibangun jauh di kemudian hari. Bukan pada zaman Conforti. Lagi pula, Conforti tinggal di sini hanya saat kecil saja. Masa sekolahnya dia habiskan di kota Parma. Jadi, Conforti kecil juga tidak lama tinggal di sini. Kapel ini bukan kapel tempat Conforti berdoa setiap pergi dan pulang sekolah.

Padre Ermano menjelaskan bahwa, kapel ini dibangun di kemudian hari. Tepatnya saat ada keinginan dari keluarga Xaverian untuk melestarikan rumah asal Conforti ini. Keluarga Xaverian semula ingin membeli kompleks rumah ini. Hitung-hitung agar tidak hilang nilai sejarahnya. Juga, agar tetap ada relasi dengan rumah asal Conforti. Namun, keluarga Brescia tidak menghendaki penjualan rumah ini. Mereka tidak mau. Atau, mereka mau tetapi dengan biaya yang mahal. Keluarga Xaverian tentu saja tidak sanggup membiayainya. 
 
Keinginan untuk melestarikan rumah Conforti ini memang muncul sejak Conforti diproklamasikan jadi beato (1996), satu langkah menuju orang kudus alias santo. Saat itu, keluarga Xaverian memikirkan untuk membuat sesuatu agar relasi dengan rumah asli Conforti tetap ada. Melihat tidak adanya kemungkinan untuk membeli rumah, Xaverian pun ingin membangun rumah doa atau kaepl di dekat rumah ini. Kapel ini kiranya dimaksudkan untuk menampung para peziarah yang ingin melihat rumah tempat Conforti lahir. Menampung di sini bukan berarti ada ruang penampungan. Bukan. Menampung maksudnya kalau ada peziarah yang datang dan mau berdoa setelah melihat-lihat kompleks rumah Conforti ini, inilah tempatnya.


Kapel ini memang dibangun persis menyatu dengan salah satu bagian rumah dari ketiga keluarga bersaudara ini. Untung berada di pihak keluarga ini dan keluarga Xaverian. Mereka mengizinkan sebagian dari kawasan rumah mereka untuk bangunan kecil ini. mimpi keluarga Xaverian pun terwujud bersama keluarga ini.

Kapel ini memang kecil tetapi dibangun sengan keinginan yang besar dan juga dengan semangat kerendahan hati. Memang, Xaverian dengan rendah hati memohon kepada pemilik rumah ini. Dan, Tuhan rupanya menjawab permohonan ini. Jadilah   kapel ini dibangun. Kapel sederhana. Betul-betul hanya untuk berdoa. Lebih dari berdoa, kapel ini sebagai rumah untuk mengingat Santo Conforti (1865-1931).

Di dalam kapel ada altar yang indah. Dibuat dengan karater seni yang bukan asal seni. Padre Ermano menjelaskan bahwa, altar ini adalah tiruan dari altar di kapel awal keluarga Xaverian. Maksudnya, kapel di rumah pertama untuk para Xaverian yang terletak di pusat kota Parma, borgo leon d’Oro. Jadi, bukan sembarang altar. Di bagian belakang altar, ada lukisan Santo Conforti.

Sebagai tempat berdoa, kapel ini tentu saja dilengkapi bangku dan kursi. Kami masuk di kapel ini hanya sebentar. Padre Ermano menjelaskan semua yang perlu dijelaskan di kapel ini. Tidak lama. Hanya dalam 15 menit kami sudah selesai.

Setelahnya, kami singgah sebentar di rumah keluarga ini. Kami membawa sabotol anggur khas daerah Udine. Lalu, kami minum dan makan la torta dolce, kue tar. Bersama kami, ada cucu, keluarga kedua, dan ketiga. Ada kakek dan nenek. Ada menantu dari keluarga ketiga. Jadilah kami seperti satu keluarga lagi. Kakek ini bertanya tentang asal saya setelah dia bertanya pada ketiga teman saya. Dia tahu, saya orang Asia. Hanya perlu tahu, negaranya saja. Dia tidak heran dan sudah biasa dengan para peziarah dari Asia yang datang ke kapel dan rumah Conforti ini. Seperti ketika dia melihat peziarah dari Jepang dan Taiwan tahun 2011 yang lalu. Dia langsung tahu dari warna kulit.

Dari sini, kami berangkat ke gereja tempat Conforti dibaptis. Conforti dibaptis tidak lama setelah dia lahir. Pada hari yang sama. Jarak dari sini ke sana sekitar 5 kilo meter. Dan, sampai jumpa di sana di tulisan berikutnya. (bersambung)

Parma, 11 April 2015
Gordi

kamar Conforti kecil
Rasanya kurang puas jika hanya melihat rumah peninggalan Conforti. Rumah orang tua Conforti pun dikunjung. Bukan sekadar kunjung tapi kunjungan yang lahir dari rasa penasaran dan ingin tahu. Kunjungan ini pun menjadi seru seperti fans klub Parma FC yang bukan saja menonton pertandingan di TV di Indonesia tetapi datang langsung ke stadion Tardini di kota Parma.

bagian lain dari kompleks rumah Conforti kecil
Senin, 28 april 2014, kami berangkat ke rumah orang tua Conforti. Saya, orang Asia-Indonesia, Oswaldo, orang Amerika Latin-Brasil, Basil dan Severin, orang Afrika-Republik Demokratik Kongo dan Kamerun. Padre Ermano, SX (orang Italia) dengan senang hati mengantar kami yang punya rasa ingin tahu dan penasaran besar ini. Kota Parma sedikit gerimis dan sedikit dingin saat itu. Rasa dingin bukan penghalang bagi kami sebab kami berempat mengenakan jaket tebal. Dingin ini tidak seberapa dibanding dinginnya Parma di bulan-bulan Desember sampai Februari. Mobil FIAT PUNTO pun sudah disiapkan. Setelah semua siap, kami berangkat. 


tulisan di luar jendela kamar Conforti
Kami melewati dataran yang luas. Parma dan beberapa kota di daerah Emilia Romagna dan sebagian wilayah Lombardia, memang punya dataran yang luas. Dataran luas ini terbentuk dari aliran Sungai Po, satu dari beberapa sungai terbesar di Italia. Di sekitar aliran sungai ini, hampir semuanya datar. Dan, kota-kota yang dilalui aliran sungai ini pun punya lahan datar yang luas.
Dataran ini cocok untuk ditanami berbagai tanaman unggulan. Ayah Conforti, Rinaldo pun memanfaatkan kesempatan ini. Dia memang punya lahan luas dan besar.
Setelah keluar dari wilayah kota Parma, kami memasuki kawasan pedesaan. Tak jauh dari rumah Conforti, sudah tampak kompleks persawahan yang dulu jadi milik ayah Conforti. Saat ini hanya bekasnya saja. Sebagian sudah diubah jadi kompleks pabrik. Sebagian lagi jadi pusat listrik tenaga surya. Sebagian masih berbentuk sawah seperti dulu. Sebagian lagi sudah ditanam pohon-pohon nan rindang. Sebagian masih tampak seperti dulu. Misalnya, aliran air untuk persawahan. Aliran ini sangat penting pada zaman itu. Dan, sampai saat ini, aliran yang dibuat beberapa abad yang lalu itu masih bertahan. Aliran ini memang bukan saja untuk daerah Emilia Romagna atau kota Parma tetapi untuk kota-kota lainnya.
Di kamar Conforti

Setelah melewati kawasan ini, kami tiba di rumah Conforti. Tiga keluarga menerima kami dengan ramah. Ada kakek dan ada cucu. Keluarga ini bersaudara, tiga saudara-saudari. Mereka yang menempati rumah ini adalah pemilik keempat dari rumah Conforti ini. Rumah ini memang dijual dari tangan ke tangan. Beberapa keluarga Conforti yang masih ada di sekitar kota Parma pun tidak tinggal di rumah ini. Rumah yang dijual dari tangan ke tangan ini tentunya tidak sesuai aslinya lagi. Namun, ada satu bagian yang masih asli. Bagian ini tidak diubah. Itulah sebabnya kamar tidur dan tempat tidur Conforti saat lahir masih ada sampai sekarang. Mereka tidak mengubah sebagian kecil pun kamar ini.Tempat tidurnya masih layak digunakan. Demikian juga kamarnya. Seorang anak dari keluarga ini menempati kamar ini. Bagian rumah ini lah yang tidak diubah oleh keluarga Brescia ini. keluarga Brescia—kami menyebutnya—karena mereka berasal dari kota Brescia.
jendela kamar Conforti

Selain rumah itu, ada dua rumah lain yang dibangun oleh keluarga ini. Mereka membangun lagi karena mereka sendiri tidak mungkin tinggal dalam satu rumah saja. Jaraknya berdekatan. Untunglah mereka tidak merombak rumah dan kamar tempat Conforti lahir.

Kami dipersilakan masuk oleh keluarga ini. Bukan saja melihat-lihat di ruang tamu tetapi diizinkan masuk kamar Conforti yang sekarang jadi kamar anak muda ini. Kami sempat berfoto-foto di sini. Buat kenang-kenangan. Saya membayangkan Conforti kecil yang lahir dan menangis di kamar ini. Di sini dia bersama ibunya. Di sini juga Conforti menangis dan meminta air susu ibunya. Dari sini pula Conforti tumbuh dan mempunyai mimpi untuk menjadikan dunia satu keluarga.
Tempat tidur Conforti kecil

Dari kamar ini, kami pindah ke rumah sebelah. Di sana tinggal satu keluarga lagi. Di sana ada kapel (gereja kecil) yang dibangun khusus untuk mengenang Conforti. Untuk tidak memperpanjang tulisan, saya akan membahas bagian ini dalam tulisan berikutnya. Sampai jumpa. (bersambung).

Parma, 11 April 2015
Gordi

Rumah induk Serikat Missionaris Xaverian. Demikian nama rumah yang terletak di Jalan San Martino 08, Parma itu. Sebutan rumah induk seperti rumah ibu. Rumah tempat lahir. Rumah tempat asal muasal. Rumah ini memang adalah rumah induk. Bukan saja karena besarnya tetapi juga karena perannya. Sebagai rumah induk tentu induk segala sesuatu yang berkaitan dengan keluarga Xaverian juga berasal dari rumah ini. Bukan saja para Xaverian tetapi juga sejarah Xaverian bermula dari sini. 

Rumah ini mulai dibangun, peletakkan batu pertama, pada 24 April 1900, dan mulai resmi digunakan oleh aspiran (seperti seminari menengah) Xaverian pada 7 November 1901. Rumah ini dibangun dari uang Conforti sendiri. Dia meminta sedikit kekayaan ayahnya yang kaya itu. Dia juga meminta kepada para sahabat dan kenalannya yang mau menyumbang pembangunan rumah ini. Dan, rumah itu pun dibangun. Dari membeli tanah, mencari arsitek, mencari tukang bangunan, hingga tampak seperti sekarang ini. Bahkan, sekarang rumah ini menjadi lebih besar karena anak-anak Conforti menaikkan tingginya. Dari dua lantai semula menjadi empat lantai sekarang ini. Tentu ini bagian dari pembaruan. Bahkan, bukan saja itu, rumah induk ini juga, sejak 1997 yang lalu mempunyai Santuario (kapela khusus) yakni Santuario Conforti. Tentang sejarah pendirian rumah dan Santuario ini pembaca bisa membacanya dalam buku tentang Conforti dalam bahasa Indonesia. Buku ini bisa didapat secara gratis di rumah-rumah Xaverian di Indonesia. Atau bisa menghubungi para pastor dan frater Xaverian di Indonesia, Padang, Medan, Jakarta, dan Yogyakarta. Saya beruntung bisa memperoleh semua informasi ini langsung dari pusatnya di Italia. Saya membaca informasi tambahan dalam bahasa Italia. Atau kalau pembaca mau memperoleh informasi dalam bahasa Inggris bisa kunjungi link ini, http://www.guidoconforti.com/ atau http://www.xaviermissionaries.org/. Di sana, pembaca temukan banyak informasi tentang Xaverian.

Rumah induk Xaverian ini menjadi rumah pendidikan pertama bagi para Xaverian alias putra-putra Conforti. Di sini dididik para Xaverian pertama. Jauh sebelumnya tentu di rumah dekat Keuskupan kota Parma yakni di Borgo Leon d’Oro. Tentang rumah ini akan dibahas dalam tulisan selanjutnya. Rumah induk ini didukung oleh rumah pendidikan Xaverian lainnya di seluruh Italia seperti Salerno, Taranto, Sardegna, Cagliari, Reggio Calabria, Macomer, Ancona, Desio-Milano, Cremona, Piacenza, Como, Tavernerio, Bergamo, Alzano-Lombardo, Piemonte, dan sebagainya. Dari rumah-rumah ini, para Xaverian muda, dikirim untuk belajar studi lanjut ke rumah induk Xaverian di Parma. Kalau di rumah-rumah ini para Xaverian muda belajar Sastra klasik, Musik, dan Filsafat, di Parma, mereka belajar Teologi, Kitab Suci, Sejarah Gereja, Bapa-Bapa Gereja alias Patristica, dan sebagainya. Di sini, mereka dibina juga secara moral, karakter, dan spiritual. Rumah pendidikan ini menamatkan banyak Xaverian yang kini tersebar di seluruh dunia. Dan, masa emas rumah ini sebagai pusat pendidikan Xaverian berlangsung sampai 1995.

Sejarah dicatat dan peristiwa berlangsung. Dalam sejarahlah peristiwa-peristiwa itu dicerna, dianalisi, dan bukan saja dicatat kronologisnya. Demikianlah sejarah rumah induk Xaverian ini. Fungsinya kini bukan lagi sebagai pusat pendidikan tetapi berubah dengan berbagai fungsinya. Tentu masih ada aura pendidikannya. Dari aura ini lahir berbagai aktivitas di rumah induk ini. Lahir Pusat Studi Confortian dan Xaverian sejak 12 September 1996. Pusat studi ini berada di lantai 1 rumah induk ini. lantai 1 bukan lantai yang setingkat dengan tanah. Di sini lantai 1 dihitung sejak di atas daerah yang rata dengan tanah bangunan. Lantai yang di bawah tanah pun dianggap sebagai lantai bawah tanah. Dari pendidikan ke kesehatan. Yakni, tempat merawat para pastor tua yang sudah kembali dari tanah misi di berbagai negara. Mereka menghabiskan masa mudanya di sana dan ingin kembali beristirahat di Italia. Bagian ini terletak di lantai 4. Bagian lain diisi oleh ruang memoria (lantai 1), tempat menyimpan benda-benda sejarah serikat, juga ruang kerja Conforti. Benda-benda peninggalan sejarah ini juga disimpan di Museo d’Arte Cinese ed Etnografico (Museum Etnografi Cina) yang terletak di bagian lain rumah ini. Tentu ada banyak fungsi lainnya dari rumah yang berlantai 4 ini. Kalau ada kesempatan nanti, dalam edisi lain, akan dibahas tentang Santuario Conforti dan Museum Etnografica Cina.

Rumah induk dan besar ini berkaitan dengan beberapa rumah Xaverian lainnya di Parma. Rumah untuk para frater Teologan, yang sedang belajar Teologi, rumah procura, rumah yang mengelola barang-barang pesanan luar negeri, rumah para suster Xaverian. Semuanya terletak di kompleks yang sama. Dan, Padre Ermano Ferro, SX mengantar kami ke setiap ruang dari rumah induk ini. Maksudnya, ruang-ruang bersejarah yang relevan untuk dipelajari perannya. Setelah beberapa kali kami mempelajarinya, kami pun melanjutkan ke pengenalan akan rumah orang tua Conforti. Rumah tempat Conforti lahir dan dibesarkan. Untuk itu, saya akan membahasnya dalam tulisan berikut. (bersambung).

Parma, 11 April 2015
Gordi

Dalam perjalanan ke Cina
Conforti nama anak itu. Anak yang mempunyai kehidupan unik. Keunikan ini rupanya melahirkan sebuah karya besar bagi gereja dan dunia. Dia melanjutkan mimpi Santo Fransiskus (1506-1552) yang ingin menjadi missionaris di Cina. Mimpi Fransiskus yang besar ini rupanya dilanjutkan oleh Conforti. Boleh dibilang, mimpi Conforti lahir dari mimpi Fransiskus. Mimpi yang melahirkan mimpi. Untuk mewujudkan mimpi ini, Conforti mendirikan sebuah kongregasi dengan nama Serikat Xaverian. Dalam bahasa Italia, bahasa asli kongregasi ini, disebut Missionari Saveriani atau dalam bahasa Inggrisnya Xaveran Missionaries. Di Indonesia namanya hanya ditulis Serikat Xaverian. 

Saya mengenal Conforti melalui anak-anaknya. Dari tahun 2003 sampai 2005, saya mengenal mereka. Satu orang Indonesia dan satu orang Italia. Mereka datang ke sekolah kami, SMAK St Ignatius Loyola Labuan Bajo, hampir setiap tahun. Saya penasaran dengan kedatangan mereka. Dari penasaran sampai ingin berdialog langsung. Dan, tahun 2005, saya mencoba ikut jejak mereka. Saya datang ke Jogya, ke rumah mereka. Dari sanalah saya mengenal Conforti.

Patung Santo Guido Maria Conforti
di rumah induk kota Parma
Sejak saat itu, saya membaca buku-buku tentang Conforti. Conforti lahir di desa Ravadesse, Casalora. Sebuah desa yang terletak sekitar 25 kilo meter dari jantung kota Parma. Di sanalah, Conforti lahir pada 30 Maret 1865. Ayahnya Rinaldo, seorang petani yang kaya. Punya lahan yang luas. Mamanya Antonia Adorni adalah seorang yang lemah lembut. Padanya, Conforti meminta izin untuk melanjutkan karya pendidikannya dan mewujudkan mimpinya menjadi pastor Katolik. Di hadapan mamanya, keinginan Conforti yang ditentang oleh bapaknya ini, menemukan jalannya.

Conforti pun pindah ke kota Parma untuk melanjutkan pendidikan. Dia tinggal dan dititipkan di keluarga Maini dan menyelesaikan sekolah dasarnya. Dalam masa pendidikan ini, dia sering mampir di gereja. Gereja ini terletak di pinggir jalan tempat dia lalui. Itulah sebabnya, dia singgah setiap hari di sana. Di sana, dia berdoa di hadapan salib Yesus. Yesus yang disalib inilah yang menjadi inspirator mimpi besarnya bagi gereja dan dunia. Yesus ini—bagi Conforti—adalah Dia yang berbicara banyak hal padanya. Selain bicara, Yesus ini baginya adalah Dia yang memandang Conforti dan Dia yang dipandang oleh Conforti. Dengan kata lain, Conforti memandang Yesus, dan Yesus memandang Conforti. Saling pandang.

Conforti pun masuk seminari dan menjadi pastor di Keuskupan Parma. Ditahbiskan pada 22 september 1888 saat dia masih berumur 23 tahun. Sebenarnya dia sudah selesai belajar Teologi satu tahun sebelumnya. Penahbisannya ditunda karena alasan kesehatan. Meski demikian, pada tahun 1887, Conforti sudah menjabat sebagai wakil rektor di seminari dan menjadi pengajar di seminari menengah. Perjalanan hidup Conforti pun bervariasi sampai dia mendirikan kongregasi Xaverian.

Dari wakil rektor menjadi uskup di Keuskupan Agung Ravenna, uskup di Keuskupan Parma dan pendiri kongregasi. Keinginannya mendirikan kongregasi dimulai saat dia membeli tanah dan mendirikan rumah pertama (pada 30 Maret 1893) untuk seminarinya di Borgo Leon d’Oro nomor 12, di jantung kota Parma. Ini nama jalan. Borgo atau Via atau Viale di Italia diterjemahkan sebagai jalan dalam bahasa Indonesia. Dua tahun kemudian pada 3 Desember 1895, pada peringatan Pesta Santo Fransiskus, Conforti membuka secara resmi kelahiran kongregasinya.

Meski Conforti sudah tampak jelas mengabdikan waktunya untuk kongregasi baru ini, Keuskupan rupanya tidak lepas begitu saja. Keuskupan Parma masih membutuhkan tenaganya. Dan, lebih dari Keuskupan Parma, Gereja Universal dan Gereja Italia membutuhkan tenaganya untuk menjadi pelayan. Untuk menjalankan tugas ini, Conforti diberi kesempatan untuk studi lanjut di Roma. Dan, pada 1896, dia menyelesaikan studi bidang Teologi di Roma. Pada tahun yang sama, tanggal 7 Maret, dia diangkat menjadi Vikaris Jenderal untuk Keuskupan Parma.

Dari Parma dia ke Ravenna. Salah satu kota seni di Italia. Pada 9 Juni 1902, dia resmi diangkat di Roma menjadi Uskup untuk Keuskupan Agung Ravenna. Dan, pada 5 Januari 1903, dia masuk Keuskupan Ravenna. Dia bekerja di sana tidak lama. Singkat saja yakni hampir 2 tahun. Pada 22 Oktober 1904, dia meninggalkan Ravenna. Tentu dengan alasan yang jelas yakni kesehatan. Dan, pada 6 Otober sebelumnya, dia meminta pada Paus Pius X (1835-1914) untuk mengundurkan diri dari tugas sebagai uskup di Keuskupan Ravenna. Dia kembali ke Parma dan tinggal di rumah dan kongregasi yang dia dirikan.

Conforti rupanya tidak tinggal untuk istirahat begitu saja. Tenaganya masih dibutuhkan oleh Gereja. Dia diangkat lagi menjadi uskup coadiutore pada 24 September 1907. Dengan jabatan uskup ini, dia bisa mengganti jabatan Uskupnya di Keuskupan Parma yakni Mgr. Magani. Dan, itu terjadi pada 12 Desember ketika Mgr. Magani meninggal. Conforti pun mengabdi sebagai Uskup di Keuskupan Parma sampai pada akhir hidupnya yakni 5 November 1931. Jadi, jabatan uskup ini dia emban selama lebih kurang 24 tahun.

Conforti dengan latar belakang gereja katedral
Keuskupan Parma
Pada saat yang sama, dia tidak lupa memerhatikan anak-anak asuhnya dalam Serikat Xaverian yang dia dirikan itu. Conforti memang tidak ingin meninggalkan begitu saja anak-anak yang dia didik untuk mewujudkan mimpinya ini. Tiga tahun sebelum kematiannya, dia mengunjungi anak-anak didiknya di Cina, yakni pada 19 September-28 Desember 1928. [Di Keuskupan Parma, Conforti membuat 4 kali kunjungan. Bahkan, dia sudah mulai mengadakan kunjungan kelima sesaat menjelang kepergiaanya.] Anak-anaknya berangkat ke Cina pada 4 Maret 1899 dan tiba tepat dua bulan kemudian. Ini adalah kelompok Xaverian pertama masuk Cina. Dan, saat ini anak-anak Conforti tersebar di 20 negara. Dari Eropa ke Amerika. Dari Asia ke Afrika.

Conforti meninggalkan jejak yang berarti bagi gereja dan dunia. Bagi Keuskupan Ravenna, Parma, dan juga untuk seluruh daerah misi Xaverian di seluruh dunia. Semangat (Karisma) Conforti pun menyebar ke seluruh dunia. Di beberapa daerah dan negara, ada orang yang terbantu melalui doa kepada Conforti. Dari sinilah lahir peristiwa yang dalam Gereja Katolik disebut mukjizat. Dari mukjizat ini, Conforti pun diusulkan menjadi orang suci atau santo dalam daftar santo Gereja Katolik. Dia secara resmi diangkat menjadi santo oleh Gereja Katolik pada 23 Oktober 2011 yang lalu melalui tangan Paus Benediktus XVI. Lima tahun sebelumnya, 17 Maret 1996, Conforti diberi gelar beato (orang yang berbahagia) melalui Paus Yohanes Paulus II di kota Roma. Sekarang panggilannya bukan Conforti lagi tetapi Santo Conforti. Nama lengkapnya Guido Maria Conforti.

Pengenalan saya akan Conforti melalui buku dan film ini dilanjutkan ketika saya diberi kesempatan untuk belajar di kota Parma ini. Semester kedua di tahun belajar bahasa, saya dan beberapa teman dari Kongo, Kamerun, dan Brasil diberi kesempatan untuk belajar dari Padre Ermano Ferro, SX. Dialah mengantar kami kepada pengetahuan yang luas tentang Conforti (1865-1931). Conforti memang sudah pergi tetapi dia meninggalkan banyak hal pada kita saat ini. Yang paling tampak adalah anak-anaknya, Xaverian, dan juga rumah induk Xaverian, yang dia dirikan, dan sekarang ditempati oleh anak-anaknya. Rumah ini terletak di kota Parma. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya.

Parma, 11 April 2015
Gordi


tampak kapel yang menyatu dengan rumah
di rumah asal Conforti
Kunjungan ke desa Ravadesse, Parma. Judul ini menjadi bagian menarik dari serial tulisan ini. Memang ini adalah kunjungan menarik. Dari segi sejarah, Conforti sudah saya kenal sejak tahun 2004. Saat itu, saya masih mengenyam pendidikan di SMAK St Ignatius Loyola Labuan Bajo, Flores, NTT. Dari kenal menjadi ‘akrab’. Tentu bukan dengan Conforti, tapi dengan anak-anaknya. Untuk tidak memperpanjang pengantar, saya akan membagi serial tulisan ini dalam lima bagian. 

lahan datar tipe kota-kota di Emilia Romagna
Tulisan ini lahir dari sebuah perjalanan singkat ke sana. Perjalanan ini singkat tetapi di baliknya ada peristiwa panjang. Itulah sebabnya perjalanan singkat ini dibagi menjadi serial panjang. Dari studi tentang Conforti sampai melihat langsung tempat ia hidup. Dengan melihat langsung, bayangan akan dia menjadi tambah kaya. Bukan saja membaca di buku. Bukan saja melihat di video. Bukan saja mendengar dari lagu. Tetapi, melihat langsung.

Melihat rumahnya secara langsung seperti ketika kita mencari dan menemukan nenek moyang kita sendiri. Saya ingat ketika saya, bapak saya, dan adik saya, pergi ke Satarmese, sebuah kecamatan di Manggarai Tengah, NTT, tahun 2013 yang lalu. Di sana, kami bertemu dengan keluarga besar kami. Saya sama sekali tidak tahu sebelumnya. Ketidaktahuan saya ini menjadi berkurang setelah bapak saya menceritakan asal-usul keluarga kami. Bapak saya rupanya tidak lupa sejarah. Lebih dari tidak lupa, bapak saya boleh dibilang sejarawan dalam bidang ini. Dia memang gemar membuat silsilah keluarga kami. Dia menjadi salah satu di antara sekian anggota keluarga dalam suku kami yang mempunyai catatan lengkap tentang sejarah keluarga kami. Dalam hal ini, saya belajar banyak darinya. Termasuk belajar mewawancarai mereka yang lebih tahu dan tahu banyak tentang sejarah keluarga.

Demikianlah keingintahuan saya tentang Conforti. Dari membaca riwayat hidupnya sampai mengenal rumah tempat dia lahir, hidup, dan sekolah. Juga tempat dia bekerja sebagai pastor, uskup, dan pendiri Kongregasi. Perjalanan ini menjadi amat berharga karena saya dipertemukan langsung dengan ketua Pusat Studi Confortian dan Xaverian  di kota Parma. Dia juga mempelajari sejarah. Sejarah gereja dan dunia tentunya. Dia pernah menjadi dosen sejarah gereja di Institut Xaverian di kota Parma. Setelahnya dia menjadi misionaris di Brasil. Kemudian kembali ke Italia dan mengabdikan hidupnya untuk belajar sejarah Xaverian. Dia menjadi ketua pusat studi Confortian. Studi yang memfokuskan pada kehidupan dan perkembangan Serikat Xaverian. Mulai dari Conforti sebagai pendiri sampai pada perkembangan kongregasinya saat ini.

Tulisan ini dimulai dengan mengenal Conforti. Lalu, mengenal rumah peninggalannya. Kemudian, masuk ke rumah orang tuanya. Tempat dia lahir dan dibesarkan. Dan, terakhir, ke gereja tempat dia dibaptis. Dari sana, akan disinggung sedikit juga tentang rumah pertama untuk anak-anak Conforti. Mari berpetualang bersama saya dalam serial tulisan ini. (bersambung)

Parma, 11 April 2015
Gordi

gambar, cendikianews.com
Terima kasih untuk pembaca sekalian yang sudah mengunjungi blog ini. Terima kasih sudah membaca dan menyimak—entah sepintas, serius, sambil lalu—tulisan saya. Saya senang sekali mendapat kunjungan dari pembaca sekalian. Saya senang sekali mendapat sapaan dari pembaca lewat komentar di blog ini. Saya senang sekali menyapa pembaca melalui tulisan saya di sini. Mungkin sapaan yang begitu-begitu saja. Tetapi, di balik semua itu, ada manfaat yang berharga. Melalui goresan yang ada di sini, saya mencoba mengajak pembaca untuk berpetualang bersama saya. Petualangan yang dibuat di berbagai kota di Indonesia dan Italia.

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di Indonesia mestinya menjadi kebangaan kita. Indonesia mesti bangga dengan semua kekayaan ini. Lebih dari bangga, Indonesia juga mesti memelihara keindahan ini. Jangan samapai hanya orang asing yang menjaganya. Di Italia, saya banyak mendapat pertanyaan seputar alam Indonesia yang indah ini. Berarti, orang asing juga menyimak dengan serius keindahan alam Indonesia ini. 

Tulisan-tulisan saya di blog ini lahir dari kegemaran saya mengabadikan kenangan dan pengalaman indah dalam perjalanan saya. Dari Flores, Bima, Sumbawa, Bali, Jawa, Sumatera, Mentawai, dan Sulawesi. Saya beruntung sudah berkunjung ke 3 dari 5 pulau besar di Indonesia. Di Jawa lebih dari 3 kota. Dari Surabaya, Semarang, Jakarta sampai Bandung, dan beberapa kota kecil lainnya. Di Sumatera, hanya Padang. Di Sulawesi hanya Makasar. Tentu saja dengan kota-kota di Pulau Flores dari Barat, Labuan Bajo ke Timur, Flores Timur. Di Bima, Lombok, Sumbawa, Denpasar-Bali, Sanur, Renon, dan sebagainya.

Sekali lagi terima kasih untuk kunjungan pembaca. Saya mengajak pembaca untuk berkelana lewat tulisan dan foto-foto yang ada di sini.

Untuk menyimak keindahan dari tulisan yang ada di sini. Silakan pembaca klik di tombol home. Tombol anak panah di ujung atas blog. Dari situ akan muncul semua rubrik yang ada di dalam blog ini.

Atau juga silakan klik di rubrik lain di bagian atas blog ini. Ada pembagian Petualangan di Indonesia dan Petualangan di Italia. Dan, pembagian lainnya.

Atau juga masuk di label tulisan. Kolom ini ada di dekat kolom popular post.

Atau juga pembaca silakan berkelana melalui rubrik ARSIP BLOG.

Ini hanya beberapa tips kecil untuk berkelana di blog ini. Saya berusaha untuk membagikan hal yang berguna bagi pembaca sekalian yang mengunjungi blog ini. Tulisan dalam blog ini seperti JEMBATAN yang mengantar pembaca ke petualngan yang dituju. Terima kasih tak terhingga. Tulisan ini mungkin akan di up-date, seperti juga perubahan tampilan dalam blog ini. Yang pasti adalah jumlah tulisan dalam blog ini akan bertambah, dan tidak berkurang.

Parma, 2 April 2015
Gordi
Diberdayakan oleh Blogger.