Halloween party ideas 2015

Menikmati Indahnya Bunga Musim Semi


Alam sudah menyediakan semuanya. Tak ada yang tahu, kapan musim akan berganti. Hanya alam yang tahu. Sehebat-hebatnya manusia, dia tak akan bisa memastikan kapan alam akan berubah.

Alam memang bekerja di luar prediksi manusia. Perubahan yang terjadi padanya cukup menunjukkan bahwa, alam juga mempunyai siklusnya sendiri. Manusia tentu dengan intelektualnya bisa memahami alam. Manusia tahu, paling tidak, siang dan malam akan berganti. Orang buta pun merasakan pergantian ini. Meski tidak melihatnya, dia bisa merasakan hangat dan dinginnya alam saat pergantian ini. Demikian juga dengan gerhana yang baru saja dinikmati oleh sebagian besar orang di Asia. Manusia dalam hal ini mempunyai kemampuan yang lebih untuk memahami alam.

Meski demikian, alam sebenarnya sulit dipahami. Alam tidak berintelek seperti manusia, tetapi dia juga tahu memberikan reaksi terhadap situasi sekitarnya. Kala alam terlalu panas, sebagian dari dirinya akan meleleh bahkan sampai mencair. Demikian sebaliknya, kala alam terlalu dingin, sebagian dari dirinya akan membeku bahkan keras sekali seperti es batu.


Perubahan berupa reaksi seperti inilah yang sebenarnya tidak bisa dipahami sepenuhnya oleh manusia. Manusia dengan teknologi canggih dan kemampuan inteleknya berusaha memahami perubahan ini. Kadang berhasil, kadang tidak. Pada akhirnya, manusia harus mengalah. Alam lebih besar dari kemampuan manusia. Manusia sebaiknya harus mengakui bahwa alam, kadang-kadang bekerja di luar kemampuan manusia. Maka, manusia meski kelihatan pintar dan mempunyai teknologi canggih, sebaiknya tidak sombong. Jangan menganggap semua perubahan pada alam mudah dipahami. Sebaiknya tetap waspada bahwa alam lebih besar dari kemampuan otak manusia. Teknologi canggih tidak akan bisa membawa manusia untuk memahami alam yang rumit. Berbagai perubahan pada alam memang, kadang-kadang merepotkan manusia untuk mencari solusinya.

Perubahan ini juga yang sedang dirasakan saat ini. Primavera, atau musim semi, belum tiba, tetapi tanda-tandanya sudah muncul. Yang tampak adalah bunga-bunga yang mekar dengan keindahannya. Ada yang merah muda dan ada yang putih. Banyak orang berkomentar, primavera ini datangnya terlalu cepat. Seharusnya paling cepat pada akhir bulan Maret dan awal bulan April. Bunga-bunga indah yang berusia singkat itu seharusnya datang pada saat-saat itu. Tetapi, kenyataannya tidak. Sejak Senin lalu, pemandangan putih dan merah muda, sudah merambah ke mana-mana. Alam sedang berubah. Sebentar lagi yang kelihatan tak berdaun itu, akan berbunga semua dan akan hijau kembali.



Sejak hari Senin lalu, saya sudah mengincar akan mengabadikan bunga-bunga ini dalam kamera saku saya. Sayang, selalu hujan dan saya tak punya kesempatan. Hari inilah kesempatan itu datang. Sore hari, cuaca cukup cerah, segera saya menggunakan kesempatan ini. Dari luar rumah, terus ke jalanan umum, dan dekat taman kota. Di sinilah pemandangan putih dan merah muda itu muncul.

Menjadi unik karena dua warna ini berada di antara ranting tak berdaun dan tak berwarna atau abu-abu. Dari jauh, yang merah muda sudah tampak. Mudah dikenali karena mencolok. Demikian yang putih akan menjadi bercahaya saat matahari menyinarinya. Harus dikatakan bahwa inilah keindahan alam. Mungkin di Indonesia, keindahan seperti ini biasa-biasa saja. Toh sering melihatnya sehingga jadi biasa. Di sini, kesempatan seperti ini hanya sekali setahun, di antara empat musim yang ada. Jadi, jika telat menikmatinya, hilanglah kesempatan itu. Saya jadi tahu ketika seorang sahabat saya kemarin segera mengajak saya untuk jalan-jalan sambil menikmati pemandangan alam nan indah ini. Meski tidak sempat menikmatinya kemarin, hari ini saya menikmatinya.


Puas. Melihat yang luar biasa indah. Bertambah indah karena pemandangan selama ini begitu berbeda. Dari tak berdaun ke berbunga. Dari tak berwarna sama sekali menjadi mencolok. Dari yang abu-abu menjadi putih berkilau. Alam memang seperti ini. Memberi ketakjuban pada manusia. Tak ada yang menyuruhnya untuk memberi dua warna indah ini. Hanya dia sendiri yang tahu. Pemberian yang luar biasa ini menjadi sesuatu yang berharga. Hanya dia yang bisa membuatnya. Dan manusia hanya mampu menikmati keindahannya. Tak ada manusia yang menciptakan pemandangan indah seperti yang diberikan alam.


Andai saya bisa, saya akan mengajak saudara-saudari saya yang buta untuk menikmati keindahan alam ini. Sayang, saya tidak bisa membuat mereka melihat pemandangan ini. Mungkin mereka punya cara lain untuk menikmati alam. yang kiranya berbeda dengan cara saya dan kita semua menikmatinya yakni dengan melihatnya dengan mata kita.

Keindahan alam ini bukan saja membuat saya takjub tetapi sungguh saya harus berterima kasih pada alam. Alam yang tahu apa yang manusia butuhkan. Manusia tentu membutuhkan keindahan ini. Kiranya tidak jujur jika mengatakan, manusia tidak membutuhkan keindahan alam. Bagi orang desa pun, keindahan seperti ini menjadi makin indah ketika berulang kali melihatnya. Apalagi bagi orang kota, yang mungkin karena area alamnya kurang jarang melihat keindahan seperti ini.


Kalau alam saja bisa memberikan yang indah seperti ini pada manusia, pasti Sang Pencipta alam punya kekuatan yang luar biasa lagi. Pencipta itulah sebenarnya yang memampukan alam untuk memberi keindahan pada manusia. Maka, manusia seharusnya sampai pada Sang Pencipta. Alam hanyalah media atau perantara antara Pencipta dan manusia. Sebagaimana keindahan alam bisa dinikmati oleh semua manusia, Pencipta kiranya tidak membatasi dirinya pada nama tertentu. 

Keindahan alam itu seolah-olah mencemooh manusia yang menganggap hanya Pencipta-nya (Tuhan-nya) saja yang benar. Pencipta tidak membatasi dirinya pada nama A atau B. Sebagaimana bunga Merah tidak membatasi dirinya pada kelompok merah saja dan bunga Putih pada kelompok putih saja, demikianlah Pencipta tidak membatasi dirinya pada kelompok tertentu. Sungguh sayang, jika manusia yang hanyalah ciptaan—seperti alam—menganggap dirinya penguasa yang berhak menentukan kekuasaan Sang Pencipta sehingga hanya pada kelompoknyalah Pencipta itu berkenan. Ini kiranya tidak benar. 


Bunga indah dan keindahan itu untuk semua manusia, maka Pencipta juga untuk semua manusia. Entah kamu menyebutnya Merah muda atau Putih, tidak jadi soal. Dia tetaplah Pencipta seperti bunga indah yang Merah muda tetap merah muda dan yang Putih tetap putih.

Salam cinta alam. Sekadar berbagi yang dilihat.

PRM, 17/3/2016

Gordi

*Dipublikasikan pertama kali di sini

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.