Halloween party ideas 2015

Berburu Dedaunan Kuning di Musim Gugur



Untuk kita yang tinggal di daerah tropis, pergantian musim tidaklah begitu terasa. Hampir semua tahu, kapan musim hujan dan kapan musim kemarau. Semua juga tahu, kalau hujan, apa yang harus dibuat. Demikian saat kemarau, apa yang harus dibuat. Petani di ladang sudah siap dengan bibit padi sesaat sebelum musim hujan datang. Demikian dengan petani kopi, siap ke ladang untuk memetik kopi, saat musim kemarau akan tiba. Kalau pun ada pergantian sedikit, tidak jadi soal. Sebab, paling-paling akan kembali seperti semula, berkutat antara 2 musim yang sudah jadi familiar.



Pergantian musim seperti ini tidak terasa di bagian dunia berempat musim. Rasa-rasanya dunia berempat musim lebih tertarik dengan proses pergantian musim seperti ini. Sebagai pendatang baru di belahan bumi berempat musim, saya sungguh kaget dengan perubahan yang ada. Pergantian antara musim sangat terasa. Mulai dari panas sekali k emulai dingin, lalu dingin sekali, kemudian mulai hangat, lalu panas lagi. Tubuh saya harus beradaptasi ekstra dengan perubahan yang ada. Kadang-kadang rasanya lucu. Kok kepala ditutup topi segala, kok berjaket tebal lebih dari 1 dan 2 segala, kok bibir dioles lipstik segala, lalu kok di musim panas semua seperti terbuka semua alias ditutup sebagian saja. Semua ini memang indah pada waktunya.



Beberapa waktu lalu, saya diajak oleh seorang sahabat untuk menikmati masa-masa menjelang akhir musim gugur. Saat musim gugur, dedaunan pohon berjatuhan dan mati. Tak jarang, pohon tak berdaun pun menghiasi mata kita saat memandang sekitar. Tampak seperti pohon beranggas. Pohon beranggas di daerah tropis menjadi tanda bahwa pohon itu mati, atau sudah mati, atau menuju kematian. Pohon beranggas di daerah berempat musim seperti Eropa rupanya bukan pohon menjelang mati, tetapi pohon yang sedang beradaptasi. Dengan menjatuhkan daunnya, pohon itu sedang beradaptasi menghadapi musim dingin yang menderanya.



Tetapi, di sinilah hal menariknya. Boleh dibilang antara kematian dan keindahan. Sebelum mati, dedaunan itu menciptakan sebuah keindahan alami. Ya, dedaunan kuning itu membuat alam jadi indah. Dipadu dengan langit biru, tanah kering, angin sepoi, matahari bercahaya, dedaunan kuning itu menjadi tiada duanya. Indahnya bukan main.

Saya mula-mula bertanya pada sahabat ini, apa sih indahnya alam saat ini? Hanya guguran dedaunan yang ada. Bukankah itu paling-paling hanya daun yang tak berguna selain untuk dijadikan pupuk saja? Kata teman saya, come and see, vieni e seguimi.

Dengan mobil FIAT-nya, kami berputar di pusat kota Parma. Rencana semula ke gunug dibatalkan karena kami melihat dedaunan kuning di pusat kota. Kota Parma memang memiliki banyak pohon di sekitar jalanan di pusat kota. Dedaunan inilah yang jadi objek penglihatan kami. Sungguh sebuah keindahan yang tiada duanya. Kata sahabat saya, pemandangan ini hanya berlangsung sekali setiap tahun. Hanya pada musim gugur. Setelah itu, kita harus menunggu tahun depan lagi untuk bisa melihat keindahan alam yang ada. Rupanya musim gugur itu seperti hidup antara dua dunia, antara kematian dan keindahan. Daun yang gugur rupanya harus melewati tahap keindahan dengan warna-warninya yang kuning.

PRM, 22/1/2015

Gordi

*Diposting pertama kali di sini

Indahnya Matahari di Musim Dingin



Matahari bukan hal luar biasa bagi kita yang hidup di daerah tropis. Sudah jadi sesuatu yang tentu bahwa matahari bersinar setiap hari. Kecuali saat musim hujan. Tapi itu tidak berlangsung lama. Sepanjang tahun, matahari bersinar bagi kita.

Hal ini beda dengan mereka yang hidup di daerah 4 musim. Matahari bagi mereka boleh jadi sesuatu yang luar biasa. Sebab, pada musim tertentu matahari sama sekali tidak tampak. Ada kalanya, sepanjang 2 minggu atau bahkan berbulan-bulan sama sekali mereka tidak terkena sinar matahari.



Hari-hari ini, di Eropa umumnya dan di Italia khususnya, pemandangan ini muncul. Ini menjadi biasa bagi mereka tentunya di musim dingin seperti saat ini. Matahari dalam 2 minggu belakang sama sekali tidak muncul. Hanya sekali di bulan Januari ini, tanggal 6 yang lalu, ada matahari dari siang sampai sore hari. Setelahnya tidak ada lagi. Kemarin, mulai muncul lagi. Inilah yang menjadi satu hal luar biasa bagi penduduk Eropa.

Melihat matahari di musim dingin bagi mereka adalah hal luar biasa. Karena luar biasa, mestinya digunakan dengan baik. Kesempatan langka. Itulah sebabnya, anak-anak sekolah di beberapa tempat sengaja menggunakan kesempatan ini untuk bermain sepuasnya di luar kelas. Demikian juga pedagang kaki lima, bergegas menjual dagangan mereka. Mumpung ada pengunjung.



Saya kebetulan ada kesempatan untuk mengabdikan beberapa foto pada pagi dan siang ini di beberapa tempat. Seperti di piazza museo di kota Reggio Emilia dan dalam perjalanan pulang ke Parma. Dalam dingin namun diterangi mentari pagi, saya keluar dari kampus dan jalan-jalan ke pusat kota. Matahari memang seperti tampak pada pagi hari. Padahal waktu menunjukkan pukul 10 sampai 12 siang. Itulah bedanya dengan daerah tropis. Meski tampak seperti pagi, bagi penduduk Eropa, asal ada matahari saja, itu sudah cukup. Tidak panas seperti matahri tropis tidak masalah. Yang penting ada matahari dan bumi disinari terangnya.



Untuk tidak memperpanjang kata, saya tampilkan di sini beberapa foto pilihan yang saya buat. Bukan fotografer tetapi saya senang memotret.



Selamat sore menjelang malam untuk Indonesia yang mungkin masih diselimuti duka khususnya di Jakarta.

PRM, 15/1/2016

Gordi

*Dipublikasikan pertama kali di sini 

Bologna, Kota dengan Lorong Rumah Terpanjang di Dunia

lorong jalan di kota Bologna


Kehadiran beranda rumah menjadi seni tersendiri bagi penghuninya. Rumah yang mempunyai beranda tentu punya nilai lebih tersendiri ketimbang yang tak ber-beranda.

Di kota Bologna, Italia, beranda rumah ini mempunyai peran yang sangat strategis. Konon, dalam sejarahnya, pada abad-abad lalu beranda rumah menjadi tempat melihat pemandangan indah. Pemandangan itu hanya dilihat dari tempat yang paling tinggi. Dan memang orang Bologna pada saat itu membuat beranda rumah di lantai paling atas rumah. Beranda dibuat di bagian samping rumah. Ini tentu saja disesuaikan dengan model rumah masyarakat yang bergaya apartemen (palazzo) tinggi. Dari beranda rumah inilah kita bisa melihat sebagian besar wilayah kota.

Selain melihat pemandangan, beranda ini juga punya peranan lain terutama di musim dingin. Musim dingin biasanya dingin sekali. Lebih dingin lagi jika tidak ada matahari. Matahari seolah-olah membuat manusia tambah dingin sebab dia jarang muncul. Menunggu matahari di musim dingin itu memang kadang-kadang meresahkan. Seperti keresahan seorang ibu di desa menunggu matahari untuk mengeringkan padinya di musim hujan. Di kota-kota di Indonesia keresahan ini tidak ada karena di kota tidak ada kebiasaan menjemur padi sebelum diubah jadi beras di tempat penggilingan padi. Matahari memang jarang muncul tetapi begitu matahari muncul semua orang berkumpul di beranda rumah. Bagian ini pasti kena matahari. Itulah sebabnya beranda rumah menjadi amat penting.

lorong jalan


Beranda rumah seperti ini—di kota Bologna—masih dipertahankan sampai sekarang. Banyak rumah ber-beranda. Bahkan di tiap lantai. Dalam perjalanannya, kota Bologna berbenah sesuai dengan kondisi sosial dan keamanan waktu itu. Sekitar abad XIII (1288) pemerintah kota Bologna mewajibkan masyarakatnya membuat beranda rumah dengan tinggi 2,66 meter. Beranda rumah ini bukan lagi seperti beranda di tiap lantainya tetapi di lantai bawah, lantai yang setara dengan tanah (pianoterra). Beranda ini bukan lagi sebagai tempat melihat pemandangan dan menunggu matahari tetapi menjadi seperti lorong rumah sekaligus jalan yang biasa dilalui oleh  panjang. prajurit perang dan kudanya. Maka, beranda pun bukan terpisah tetapi bersambung sehingga membentuk sebuah lorong panjang. Saat itu masih terjadi perang antar-kota dan masing-masing kota ingin mempertahankan kota dan mengamankan masyarakatnya.  

Tingkat keamanan di beberapa bagian kota berbeda. Di rumah penduduk misalnya penjagaannya tidak seketat di kantor wali kota. Itulah sebabnya ukuran lorong rumah juga berbeda. Di kantor wali kota dan kantor publik lainnya tingginya 3,60 meter. Tidak ada ukuran pasti untuk lebarnya. Saat ini memang ukuran lebar untuk setiap teras rumah beda-beda. Boleh jadi ini muncul sejak awal. Bukan saja ukuran lebar yang berbeda. Bahan pembuatannya juga beda. Pada awalnya terbuat dari kayu (legno) lalu pada perkembangannya diubah dengan bahan dasar pasir dan semen seperti sekarang ini. Dengan ini lorong rumah ini menjadi bagian yang menyatu dengan rumahnya. Inilah yang menjadi nilai seni tersendiri bagi kota Bologna dalam perjalanan sejarahnya dari dulu sampai saat ini.

Saat ini kota Bologna menjadi kota dengan lorong (portici) terpanjang di dunia. Semua pusat belanja, rumah penduduk, kantor publik, dan gedung-gedung yang ada di kota Bologna mempunyai portici dengan berbagai gaya. Ada yang bergaya atik abad pertengahan (dengan gaya arsitek Roma-Gotik, romano-gotico), ada yang bergaya abad pencerahan, renesans (rinascimento), ada juga yang bergaya pavaglione (dimulai sekitar abad XVI). Total panjang seluruh portici ini adalah 38 kilometer. Kalau dijumlahkan dengan portici yang dihubungkan dengan beberapa tempat strategis di luar tembok kota menjadi 53 kilometer. Ini bisa dibayangkan seperti berjalan kaki dari Monas-Jakarta Pusat ke Bintaro Jaya-Tangerang. Dengan beranda atau teras atau portici ini, kota Bologna menjadi kota dengan seni tersendiri. Satu-satunya di dunia.

lorong dengan tembok 


Selain itu, jika Anda ingin berbelanja atau sekadar jalan-jalan di kota Bologna, tak usah khawatir kena hujan. Mengelilingi kota Bologna tanpa payung pun jadi. Dijamin tidak akan basah. Semua gedung terhubung dengan portici tadi. Pejalan kaki pun nyaman. Asal Anda kuat jalan kaki dan mau menikmati perjalanan di dalam portici dengan berbagai gaya dan ukuran ini. Sampai sekarang gaya-gaya portici antik masih dipertahankan. Di sebagian besar gedung dan rumah antik, masih terdapat portici antic. Sekarang, dengan kehadiran gedung dan pusat perbelanjaan baru, model portici ini tidak jelas. Beberapa arsitek pun menamainya dengan portici bergaya modern.

Saya beruntung tiga kali lewat di kota Bologna ini dan berjalan-jalan di bawah lindungan portici ini. Jika Anda mampir ke Italia dan mampir di kota Bologna, salah satu keindahan yang bisa Anda nikmati saat turun dari kereta api, bus, atau pesawat adalah keindahan portici ini. Selamat datang, benvenuti, welcome, sapa orang Bologna jika Anda datang.

PRM, 7/1/2015
Gordi

Dipublikasikan pertama kali di blog kompasiana


Diberdayakan oleh Blogger.