Halloween party ideas 2015

Harapan Baru di Awal Musim Semi

harapan baru di awal musim semu

Pergantian musim kadang menjengkelkan. Dari musim gugur ke musim dingin. Dari suhu sedang ke dingin sekali. Tetapi, kadang juga mengasyikkan. Dari musim dingin ke musim semi. Atau dari musim semi ke musim panas.

Sore hari ini, mata saya berbunga-bunga melihat dedaunan mulai bertumbuh. Melekat di antara dahan pohon besar yang tampak dari jendela kamar saya. Jaraknya memang dekat sekali. Hanya 5-6 meter saja. Batang pohonnya berada di luar pagar rumah tetapi dahannya merambat hingga mendekati dinding rumah kami.

Saya menatapnya tajam. Indah sekali. Hari-hari kemarin, pemandangan ini tidak ada. Yang ada hanya dahan kering. Seperti tak ada kehidupan. Entah hidup atau mati. Tidak jelas. Hanya saja, dahan itu seperti hidup kala angin menggoyangkannya. Kini, dahan itu bergerak juga tetapi bukan dahan kering lagi. Dahan itu kini berdaun. Daun yang mulai tumbuh seperti biji kacang tanah yang melepaskan tunasnya dan muncullah daunnya. Batang itu juga tidak seperti batang kemarin yang tidak berwarna. Batang itu kini mampu memikat mata untuk memandang warna hijaunya.

dari balik jendela

Saya segera mengambil kamera saku, tak ingin perubahan ini berlalu. Maunya melihat setiap pagi dan sore. Biar mata tetap segar karena melihat hal yang baru. Memang, saya selalu melihat perubahan ini dari hari ke hari selama musim dingin ini. Penglihatan yang penuh kerinduan. Rindu musim semi di mana dedaunan masih segar. Saking segarnya, burung-burung pun mulai bertengger. Burung-burung juga ingin menampilkan dirinya. Dia menunjukkan pada manusia bahwa dia juga mau menikmati indahnya daun-daun itu. Sambil melompat dari satu dahan ke dahan lainnya, dia bernyanyi seolah-olah sedang berpesta pora dan bergoyang di atas dedaunan.

Tiga empat foto didapat. Empat lima dahan dijangkaui. Semuanya menggambarkan pergantian musim. Ada yang sudah tampak kehijauannya. Ada yang masih membawa warna asli batang pohon. Ada yang mulai bertunas, ingin menunjukkan daunnya juga. Tak ada manusia yang mampu membuatnya sedemikian cepat hingga dalam sekejab daunnya keluar. Alamlah yang berproses memberi perubahan pada batang pohon itu.
 
harapan baru seperti dedaunan baru


Alam berubah, manusia juga berubah. Hari ini Eropa menandai pergantian musimnya. Dari musim dingin ke musim semi. Alam sudah mendahului perubahan ini sejak beberapa waktu lalu. Kala dingin hilang begitu saja dan matahari bersinar terang. Kadang-kadang alam dan manusia tidak bekerja sama. Yang satunya berjalan lebih cepat dari yang lain. Semuanya punya siklus hidup yang berbeda.

Kalender yang dibuat manusia menandakan perubahan itu hari ini. Sejak semalam, jarum jam dimajukan satu jam. Jam tangan harus diubah secara manual agar bisa menyesuaikan dengan perubahan ini. Maka, saya pun menyetel ulang jam tangan saya setelah selesai Misa Malam Paskah semalam. Saat waktu menunjukkan pukul 23.00, saya segera mengaturnya menjadi 24.00. Sedangkan penanda waktu lainnya tidak perlu diubah karena mampu menyesuaikan sendiri. Misalnya, penanda waktu yang disambungkan dengan radio, penanda waktu di komputer, dan jam satelit. Kata teman saya yang orang Italia, jam satelit biasanya menyesuaikan sendiri waktunya. Biasanya dia berubah pada pukul 02.00 atau 03.00 dini hari. Saat itu, waktunya berputar sendiri, maju satu jam. Jadi, kalau selama ini beda waktu antara Italia dengan WIB di Indonesia adalah 6 jam, mulai hari ini menjadi 5 jam. Perubahan ini berlaku di seluruh Eropa dan berlangsung sampai kira-kira minggu ke-3 di bulan Oktober nanti. Kira-kira berlangsung sampai 6-7 bulan.
 
baru mulai tumbuh daunnya
Ada baiknya pergantian ini. Selama beberapa hari belakangan, terang datang lebih cepat di pagi hari. Di musim dingin, bahkan jam 7.30 masih gelap. Pelan-pelan terang datang lebih awal, jam 6 sudah terang. Demikian juga pada sore hari. Hari-hari ini, jam 18.30 masih terang. Padahal, biasanya pukul 17.30 sudah mulai gelap. Perubahan ini mengharuskan warga Eropa untuk menggunakannya sebaik mungkin. Maka, jam kerja pun dinilai tambah 1 jam dan jam istirahat berkurang 1 jam. Menurut mereka, tidak apa-apa. Toh, terang juga makin panjang. Matahari bersinar makin lama ketimbang di musim dingin. Jadi, baik kalau waktu itu digunakan untuk bekerja.

Esok lusa, daun-daun itu akan bertambah. Dahan-dahan masih akan menampakkan warna barunya yakni hijau. Yang kini masih berdahan akan berdaun. Dan, daunnya akan bertumbuh cepat sehingga menjadi rimbun di musim panas. Batang pohon berdahan saat ini sedang berharap akan datangnya dedaunan yang menghias tubuh mereka. Dahan itu seperti manusia yang merindukan keadaan damai. Dahan tak berdaun memang bukan saja tidak indah tetapi seperti menderita. Bayangkan dingin pun menembus kulit dahan. Matahari juga mengenai kulitnya. Untung saja matahari tidak bersianar lama dan tidak mengeluarkan panas. Dengan daun, dahan itu akan terselimuti. Hujan pun tak masuk. Matahari juga tak masuk. Jadi, selama musim semi dan musim panas, dahan dan batang pohon sedang menikmati zaman emasnya. Zaman di mana, dia bersenang-senang. Boleh tidur atau mati sementara sebab dedaunanan menyelimutinya dari luar. Itulah sebabnya dia berharap agar dedaunan itu segera memenuhi dahannya.
 
Masih berharap untuk daun baru
Ah betapa indahnya pergantian musim ini. Semoga manusia juga seperti dahan dan batang pohon mampu berharap untuk yang lebih baik. Bukan kembali ke belakang, mengulang kisah buruk.

Salam cinta lingkungan, sekadar berbagi yang dilihat.

PRM, 27/3/2016
Gordi

*Dipublikasikan pertama kali di blog kompasiana



Menikmati Indahnya Bunga Musim Semi


Alam sudah menyediakan semuanya. Tak ada yang tahu, kapan musim akan berganti. Hanya alam yang tahu. Sehebat-hebatnya manusia, dia tak akan bisa memastikan kapan alam akan berubah.

Alam memang bekerja di luar prediksi manusia. Perubahan yang terjadi padanya cukup menunjukkan bahwa, alam juga mempunyai siklusnya sendiri. Manusia tentu dengan intelektualnya bisa memahami alam. Manusia tahu, paling tidak, siang dan malam akan berganti. Orang buta pun merasakan pergantian ini. Meski tidak melihatnya, dia bisa merasakan hangat dan dinginnya alam saat pergantian ini. Demikian juga dengan gerhana yang baru saja dinikmati oleh sebagian besar orang di Asia. Manusia dalam hal ini mempunyai kemampuan yang lebih untuk memahami alam.

Meski demikian, alam sebenarnya sulit dipahami. Alam tidak berintelek seperti manusia, tetapi dia juga tahu memberikan reaksi terhadap situasi sekitarnya. Kala alam terlalu panas, sebagian dari dirinya akan meleleh bahkan sampai mencair. Demikian sebaliknya, kala alam terlalu dingin, sebagian dari dirinya akan membeku bahkan keras sekali seperti es batu.


Perubahan berupa reaksi seperti inilah yang sebenarnya tidak bisa dipahami sepenuhnya oleh manusia. Manusia dengan teknologi canggih dan kemampuan inteleknya berusaha memahami perubahan ini. Kadang berhasil, kadang tidak. Pada akhirnya, manusia harus mengalah. Alam lebih besar dari kemampuan manusia. Manusia sebaiknya harus mengakui bahwa alam, kadang-kadang bekerja di luar kemampuan manusia. Maka, manusia meski kelihatan pintar dan mempunyai teknologi canggih, sebaiknya tidak sombong. Jangan menganggap semua perubahan pada alam mudah dipahami. Sebaiknya tetap waspada bahwa alam lebih besar dari kemampuan otak manusia. Teknologi canggih tidak akan bisa membawa manusia untuk memahami alam yang rumit. Berbagai perubahan pada alam memang, kadang-kadang merepotkan manusia untuk mencari solusinya.

Perubahan ini juga yang sedang dirasakan saat ini. Primavera, atau musim semi, belum tiba, tetapi tanda-tandanya sudah muncul. Yang tampak adalah bunga-bunga yang mekar dengan keindahannya. Ada yang merah muda dan ada yang putih. Banyak orang berkomentar, primavera ini datangnya terlalu cepat. Seharusnya paling cepat pada akhir bulan Maret dan awal bulan April. Bunga-bunga indah yang berusia singkat itu seharusnya datang pada saat-saat itu. Tetapi, kenyataannya tidak. Sejak Senin lalu, pemandangan putih dan merah muda, sudah merambah ke mana-mana. Alam sedang berubah. Sebentar lagi yang kelihatan tak berdaun itu, akan berbunga semua dan akan hijau kembali.



Sejak hari Senin lalu, saya sudah mengincar akan mengabadikan bunga-bunga ini dalam kamera saku saya. Sayang, selalu hujan dan saya tak punya kesempatan. Hari inilah kesempatan itu datang. Sore hari, cuaca cukup cerah, segera saya menggunakan kesempatan ini. Dari luar rumah, terus ke jalanan umum, dan dekat taman kota. Di sinilah pemandangan putih dan merah muda itu muncul.

Menjadi unik karena dua warna ini berada di antara ranting tak berdaun dan tak berwarna atau abu-abu. Dari jauh, yang merah muda sudah tampak. Mudah dikenali karena mencolok. Demikian yang putih akan menjadi bercahaya saat matahari menyinarinya. Harus dikatakan bahwa inilah keindahan alam. Mungkin di Indonesia, keindahan seperti ini biasa-biasa saja. Toh sering melihatnya sehingga jadi biasa. Di sini, kesempatan seperti ini hanya sekali setahun, di antara empat musim yang ada. Jadi, jika telat menikmatinya, hilanglah kesempatan itu. Saya jadi tahu ketika seorang sahabat saya kemarin segera mengajak saya untuk jalan-jalan sambil menikmati pemandangan alam nan indah ini. Meski tidak sempat menikmatinya kemarin, hari ini saya menikmatinya.


Puas. Melihat yang luar biasa indah. Bertambah indah karena pemandangan selama ini begitu berbeda. Dari tak berdaun ke berbunga. Dari tak berwarna sama sekali menjadi mencolok. Dari yang abu-abu menjadi putih berkilau. Alam memang seperti ini. Memberi ketakjuban pada manusia. Tak ada yang menyuruhnya untuk memberi dua warna indah ini. Hanya dia sendiri yang tahu. Pemberian yang luar biasa ini menjadi sesuatu yang berharga. Hanya dia yang bisa membuatnya. Dan manusia hanya mampu menikmati keindahannya. Tak ada manusia yang menciptakan pemandangan indah seperti yang diberikan alam.


Andai saya bisa, saya akan mengajak saudara-saudari saya yang buta untuk menikmati keindahan alam ini. Sayang, saya tidak bisa membuat mereka melihat pemandangan ini. Mungkin mereka punya cara lain untuk menikmati alam. yang kiranya berbeda dengan cara saya dan kita semua menikmatinya yakni dengan melihatnya dengan mata kita.

Keindahan alam ini bukan saja membuat saya takjub tetapi sungguh saya harus berterima kasih pada alam. Alam yang tahu apa yang manusia butuhkan. Manusia tentu membutuhkan keindahan ini. Kiranya tidak jujur jika mengatakan, manusia tidak membutuhkan keindahan alam. Bagi orang desa pun, keindahan seperti ini menjadi makin indah ketika berulang kali melihatnya. Apalagi bagi orang kota, yang mungkin karena area alamnya kurang jarang melihat keindahan seperti ini.


Kalau alam saja bisa memberikan yang indah seperti ini pada manusia, pasti Sang Pencipta alam punya kekuatan yang luar biasa lagi. Pencipta itulah sebenarnya yang memampukan alam untuk memberi keindahan pada manusia. Maka, manusia seharusnya sampai pada Sang Pencipta. Alam hanyalah media atau perantara antara Pencipta dan manusia. Sebagaimana keindahan alam bisa dinikmati oleh semua manusia, Pencipta kiranya tidak membatasi dirinya pada nama tertentu. 

Keindahan alam itu seolah-olah mencemooh manusia yang menganggap hanya Pencipta-nya (Tuhan-nya) saja yang benar. Pencipta tidak membatasi dirinya pada nama A atau B. Sebagaimana bunga Merah tidak membatasi dirinya pada kelompok merah saja dan bunga Putih pada kelompok putih saja, demikianlah Pencipta tidak membatasi dirinya pada kelompok tertentu. Sungguh sayang, jika manusia yang hanyalah ciptaan—seperti alam—menganggap dirinya penguasa yang berhak menentukan kekuasaan Sang Pencipta sehingga hanya pada kelompoknyalah Pencipta itu berkenan. Ini kiranya tidak benar. 


Bunga indah dan keindahan itu untuk semua manusia, maka Pencipta juga untuk semua manusia. Entah kamu menyebutnya Merah muda atau Putih, tidak jadi soal. Dia tetaplah Pencipta seperti bunga indah yang Merah muda tetap merah muda dan yang Putih tetap putih.

Salam cinta alam. Sekadar berbagi yang dilihat.

PRM, 17/3/2016

Gordi

*Dipublikasikan pertama kali di sini

Cara Orang Italia Merawat Taman Kota

Kehidupan kota yang ramai kadang membuat manusia tidak berdaya. Manusia seolah-olah kalah oleh kesibukan dan keraiamainnya. Padahal, manusia tidak boleh kalah.



Manusia adalah pencipta situasi maka dialah sebenarnya yang membuat situasi itu menutup ruang geraknya. Orang yang punya visi akan mencari jalan keluarnya. Salah satu jalan keluar itu adalah membuat taman kota. Di taman kota, manusia menemukan kerinduan hatinya untuk berpikir terbuka, berkhayal terbuka, melihat sejauh mungkin, berefleksi, membaca, atau juga bermain.

Taman kota memang selayaknya menyediakan hal-hal di atas. Taman kota adalah tempat di mana kita bisa bebas bergerak. Berjalan tanpa hambatan. Atau bersepeda tanpa takut terlindas mobil dan motor. Duduk tanpa terhimpit. Membaca tanpa terganggu oleh kebisingan. Atau sekadar bermain di alam bebas.

Orang Parma, Italia mencintai hal-hal ini. Maka, mereka tak segan-segan menyulap lahan kota menjadi taman kota. Bagi orang Parma, lahan itu adalah tempat membuang kepenatan. Kepenatan memang mesti keluar dari pikiran manusia sebab keberadaannya mengganggu.



Di kota Parma, ada banyak taman kota, besar dan kecil. Salah satunya adalah Parco Bizzozero, Taman Bizzozero. Taman ini jadi satu dari sekian tempat untuk membuang kepenatan di kota Parma. Membuang kepenatan memang tidak mudah. Kadang-kadang harus mencari tempat yang nyaman, jauh dari keramaian. Dan, taman ini letaknya di pinggiran kota Parma. Pinggiran bukan berarti di luar kota. Masih menjadi bagian dari kota tetapi tidak menjadi bagian dari pusat kota.

Taman seluas 40.000 m2 ini disulap dari lahan pertanian. Sampai tahun 60-an, bagian taman ini masih jadi lahan basah. Saat itu, belum ada banyak rumah. Penduduk kota Parma juga sedikit. Saat penduduk makin bertambah, kebutuhan akan taman makin besar. Pemerintah kota Parma pun menyulap lahan basah ini jadi taman.



Beberapa hari yang lalu, sesaat setelah hujan, saya berjalan-jalan ke taman ini. Tujuan saya sebenarnya bukan ke sini. Saya hanya singgah di sini saat pulang perjalanan dari tempat lain. Tak ada salahnya. Saya sungguh menikmati saat-saat sepi di taman ini. Biasanya banyak yang bermain di sini. Kali ini sepi karena baru saja selesai hujan. Tidak ada yang lalu lalang di jalur sepeda. Saya hanya berjumpa dua anak muda yang juga sedang berjalan-jalan seperti saya. Tidak ada anak kecil yang berteriak dan bermain di sini. Tidak ada pula yang berjalan-jalan sekadar memberi kebebasan pada anjingnya untuk bermain-main. Jalur sepeda juga kosong.

Di taman ini, rupanya manusia menjadi boss. Boss biasanya harus dihargai. Meski, sebenarnya boss yang baik adalah boss yang melayani anak buahnya. Dengan melayani, dia bisa menghormati dan menghargai anak buahnya. Dan, dengan itu, dia layak menyandang predikat sebagai boss atau pemimpin. Boss seperti inilah yang jumlahnya sedikit sekali padahal inilah jati diri boss sebenarnya. Di taman ini, manusia mesti berperan sebagai boss yang sebenarnya. Dengan menjadi boss yang sebenarnya, dia menghormati keberadaan taman ini.


Boss di taman ini beda dengan boss di kantor yang memimpin banyak anak buah. Boss di taman ini memimpin dirinya sendiri. Maka, siapa pun yang masuk taman ini akan menjadi boss. Dia harus bisa memimpin dirinya sendiri agar menjadi boss yang sebenarnya. Seperti memimpin dirinya sendiri, boss di taman ini harus menghormati tata tertib taman seperti tidak membuang sampah, tidak boleh mengendarai sepeda motor, wajib membersihkan kotoran hewan yang dibawa serta dalam taman, menjaga jarak sekitar 50 meter dari area main anak-anak jika membawa hewan seperti anjing.

Aturan ini dibuat agar pengunjung merasa nyaman di taman ini. Taman ini memang dibuat untuk memenuhi kepentingan warga kota. Warga boleh menuntut ke wali kota tetapi warga juga wajib menjaga taman yang diberikan oleh wali kota. Wali kota sudah menyediakan fasilitas di taman seperti tempat sampah, jalur sepeda, jalur pejalan kaki, tempat duduk, tempat bermain, bahkan sampai tempat pertunjukkan teater. Taman ini memang betul-betul menjadi tempat bermain. Maka, warga kota tentu senang mengunjungi taman karena mereka bisa bermain di sana. Entah bersama anak, atau juga bersama anjing peliharaannya, atau juga sekadar mencari keringat dengan mengayuh sepeda.


Bermain dengan hewan peliharaan adalah hobi sebagian orang Italia. Anjing menjadi salah satu hewan peliharaan favorit. Anjing di sini disayangi layaknya seperti orang dekat. Tak heran jika orang baru akan berkomentar relasi ini layaknya seperti dengan anak, pacar, dan sebagainya. Jika pemiliknya jalan-jalan di taman, anjingnya juga ikut. Tetapi jangan mengira anjing ini boleh berbuat semaunya. Anjing juga harus bertanggung jawab. Tetapi karena anjing tetaplah hewan dan bukan manusia, pemiliknyalah yang bertanggung jawab. Jika pemiliknya tidak bertanggung jawab, dia akan kena denda. Misalnya jika dia membiarkan kotoran anjing berserakan di taman kota, dia akan kena denda yang jumlahnya tidak sedikit. Anjing rupanya tetaplah menjadi hewan dan tidak akan menjadi manusia, meski manusia menganggapnya seperti orang dekat.

Bermain-main di taman bisa melepaskan sedikit kepenatan di kepala. Kepala memang mesti selalu dibebaskan dari kepenatan yang terlampau banyak. Kepala yang bebas akan bekerja dengan baik. Seperti otak seorang mahasiswa yang baru selesai ujian akan merasa bebas. Dia bisa berpikir apa saja karena tugasnya sudah selesai.



Di taman ini pengunjung juga bisa menikmati puisi-puisi yang bisa mengusir kepenatan. Puisi pendek yang ditulis oleh beberapa penyair di kota Parma. Puisi berupa beberapa kalimat. Biasanya berisi sanjungan atau terima kasih atas alam yang indah dan berisi. Maka, dalam puisi ada kata-kata indah untuk Sang Pencipta dan juga untuk alam. Puisi-puisi ini memberi petuah untuk pengunjung agar menghargai alam dan tak lupa mengucap syukur pada Dia yang memberi semua ini pada manusia. Pemerintah kota Parma tak salah mendedikasikan taman ini untuk 10 penyair dari kota ini. Betapa kayanya taman ini. Bukan saja menyentuh alam, lingkungan, sosial, kesehatan, pendidikan, tetapi juga sisi religiositas manusia.



Menarik melihat puisi pendek ini. Ditulis bukan saja dalam huruf yang bisa dibaca oleh orang normal tetapi juga oleh orang cacat. Ada versi huruf Braille. Jadi, orang cacat juga bisa menikmati puisi indah dari 10 penyair di kota Parma ini. Taman ini memang dibuat agar semua warga kota bisa menikmatinya. Bukan saja mereka yang secara fisik tidak cacat tetapi juga untuk mereka yang cacat.



Setelah menjepret beberapa foto di taman yang diberi julukan giardino dei poeti [tamannya para penyair] ini saya kembali ke rumah. Saya belum menjangkau semua bagian taman. Bagian ini hanya sebagian kecilnya. Bagian besarnya terletak di seberang jalan besar. Laporannya akan menyusul.

Salam cinta lingkungan, sekadar berbagi yang dilihat.

PRM, 9/3/2016


Gordi

Dipublikasikan pertama kali di kompasiana
Diberdayakan oleh Blogger.