Halloween party ideas 2015

Hal menarik dalam perlombaan balap sepeda adalah kekompakan tim. Kalau dilihat dengan jeli, pembalap selalu mengatur kekompakan demi meraih juara. Hal yang sama juga berlaku dalam perjalanan menggunakan sepeda motor. Siapa pun pasti tak mau ketinggalan dari anggota kelompok lain. Adakah tips agar kekompakan ini terjaga?

Saya bersama 7 teman pernah mengadakan perjalanan malam hari. Kami menggunakan 4 sepeda motor. Satu motor berdua. Kami mencapai satu tujuan yang cukup jauh. Harapannya, kami selalu bersama dalam perjalanan. Meski macet, atau sepeda motor macet, kami harus bersama. Inilah kekompakan dalam perjalanan. Harapan ini ternyata sulit dilakukan. Di tengah macetnya lalu lintas, kadang-kadang antara kami tidak ada koordinasi. Akhirnya perjalanan itu menjadi tidak kompak. Saya dan ketiga teman mengambil jalur lain. Begitu juga dengan 4 teman lainnya. Perjalanan menjadi dua kelompok.

Setelah ditelisik ternyata terjadi kesalahan koordinasi. Di persimpangan jalan, kelompok saya mengambil jalur lurus, sedangkan kelompok yang satunya mengambil arah kiri. Jadilah dua arah baru. Waktu tiba di tempat tujuan un berbeda. Kelompok saya tiba lebih dulu.

Untuk itu ada 8 tips untuk menjaga kekompakan dalam perjalanan. Pertama, jaga jarak agar tidak terlalu jauh dengan sepeda motor di depan. Jarak menjadi penentu. Kalau terlalu jauh bisa jadi kita tidak bisa mengikuti rute perjalanan. Sepeda motor terdepan adalah penentu arah, maka sepeda motor lain hendaknya selalu mengarahkan pandangan ke depan. Untuk sepeda motor di belakang kita bisa melihat di kaca spion. Kedua, lakukan koordinasi rute perjalanan sebelum berangkat. Mengetahui rute yang dilalui memudahkan untuk sampai pada tujuan. Kalau tersesat, kita masih bisa mereka-reka arah tujuan kita. Ketiga, pastikan bahwa sepeda motor kita dalam kondisi prima. Hal ini penting agar perjalanan tidak teganggu dan meminimalkan kemacetan kendaraan di jalan. Kondisi prima menambah rasa percaya diri dalam perjalanan. Keempat, kalau tersesat, ikutilah arah jalur utama dalam kota. Jalur utama memudahkan kita menentukan arah ketimbang jalur kecil yang punya peluang tersesat yang lebih besar. Kelima, hindari perjalanan melalui jalan gelap dan sepi. Ini untuk menghindari pencopetan di jalan.  Keenam, usahakan supaya kita tetap yakin sampai tujuan. Keyakinan ini mengurangi kekecewaan dan patah semangat. Ketujuh, bertanyalah dengan sopan kepada tukang ojek, tukang bajaj, atau siapa saja yang ada di tempat kita tersesat. Orang sopan akan disegani, sebaliknya orang yang sok tau akan dicuekin. Kedelapan, berusahalah supaya kita terkesan pernah melalui jalur tersesat itu. Ini untuk menghindari kesan ‘orang baru’. Orang baru biasanya mudah disesatkan dan ditipu.

Tips-tips  ini bisa membantu kita untuk menjaga kekompakan dalam perjalanan. Masih ada tips lain yang bisa ditambahkan oleh pembaca. Saya kira dengan kedelapan tips ini pun, pembaca bisa mengadakan perjalanan dengan tetap menjaga kekompakan. Untuk melengkapinya, pembaca silakan mengusulkan tips tambahan. Selamat jalan, semoga selamat sampai tujuan. *Gambar dari google images

Cempaka Putih, 24/11/2011
Gordi Afri


Kota hujan. Itulah julukan untuk satu kota di daerah Jawa Barat. Kota hujan berarti kota yang curah hujannya tinggi. Sebenarnya kalau mau mengukur curah hujan pergi saja ke hutan. Pohon-pohon di hutan menjadi daya tarik hujan. Lihat saja hutan mana yang jarang hujan?

Menjadi ragu ketika tempat itu dinamakan Kota Hujan. Apakah hujan sering turun di kota ini? Bukankah kota identik dengan kawasan gedung dan rumah penduduk yang padat? Sabar dulu. Ada kota yang memang terdapat banyak pohon rindang. Udaranya bersih dan suhunya sejuk.

Nah, bagaimana dengan kota hujan ini? Kota itu adalah Bogor. Beberapa waktu lalu (24/10/2011), julukan kota hujan diperdebatkan. Saya melihat beberapa teman berselisih pendapat. Bogor merupakan sebuah kota yang padat penduduknya. Bahkan, sebagian dari pekerja kantor di Jakarta berdomisili di Bogor. Selain itu, ada beberapa kampus yang menyumbang jumlah mahasiswi/a di kota Bogor. Meskipun ada juga mahasiswi/a dan pekerja di Bogor yang berdomisili di luar kota. Singkatnya bahwa, Bogor didiami banyak penduduk.

Banyak penduduk berarti banyak mobilitas. Seorang teman mengakui padatnya lalu lintas di Bogor. Tak jarang polusi menjadi masalah besar di sana. Angkutan kota berseliweran di mana-mana. Macet pun tak terhindarkan pada jam-jam tertentu. Hampir menyaingi Jakarta.
Kalau keadaannya demikian masih tepatkah sebutan kota hujan untuk Bogor?

Seorang teman mengatakan, tidak. Tidak ada lagi pohon yang menjadi daya tarik hujan di sana. Memang Bogor masih memiliki sejumlah daerah hijau. Namun, itu tidak cukup menyeimbangi laju pertumbuhan pembangunan di sana. Tetapi, siapakah yang mengukur curah hujan di Bogor selama ini? Debat ini tak berujung jika menuntut hasil pengukuran curah hujan.

Dari letaknya, Bogor masuk dataran tinggi. Setidaknya dibanding dengan Jakarta yang berada di dataan rendah. Bogor dekat dengan kawasan puncak yang konon identik dengan kawasan hijau. Sekarang kawasan hijau itu menunjuk pada kebun teh. Namun, keberadaan kebun teh kini terancam oleh laju pertumbuhan hotel, vila, resort, dan tempat peristirahatan lainnya.*Semua gambar dari google images

Boleh jadi kota hujan ini terkenal sejak dulu. Dulu, ketika puncak masih berupa hutan, Bogor pun masih kelimpahan hujan. Kalau puncak hujan, bisa jadi Bogor juga hujan. Curah hujan tinggi membuat kawasan puncak dan Bogor bersuhu dingin. Namun, belakangan Bogor menjadi panas. Panas karena banyak  pohon sebagai penyejuk hilang. Pohon itu hilang karena tidak ada tempat untuk bertumbuh. Lahannya digunakan untuk membangun gedung. Banyaknya bangunan menyumbang suhu panas di Bogor. So, Bogor bukan lagi kawasan bersuhu dingin, dan boleh jadi bukan lagi kota hujan dengan curah hujan sebanyak dulu.
Sore itu, kami memang sempat dilanda hujan deras. Kami berada di tol dan memasuki kawasan Bogor. Hujan sore ini mampu memperlambat laju mobil. Jarak pandang kurang dari 5 meter. Memang benar, Bogor dijuluki kota hujan. Tetapi bisa saja curah hujannya tidak sebanyak dulu. Sore ini, hujan turun karena memang sekarang musim hujan. Di tengah aliran air hujan, mobil kami melaju pelan, dan tibadi Jalan Kapten Muslihat, tempat tujuan kami.

Cempaka Putih, 11/11/2011
Gordi Afri
Diberdayakan oleh Blogger.