Halloween party ideas 2015

Teatro Farnese, Persembahan dari Raja untuk Rakyat Kota Parma
 
Tampak dari bagian depan, berbentuk U. Dokumentasi pribadi

Kebaikan seorang pemimpin akan dikenang oleh rakyatnya jika ia berhasil meninggalkan sesuatu yang berharga bagi rakyatnya.

Kredo ini kiranya berlaku dalam relasi antara raja dan rakyat di kota Parma, Italia. Di Parma dan di Italia pada umumnya, Raja dikenal dengan sebutan Duca (jamak) atau Duchi (plural). Raja di Parma pada saat itu membawahi kota Parma dan Piacenza (sekitar 68 km ke arah Utara dari Parma).

Salah satu dari sekian raja yang terkenal itu adalah Raja Farnese (28/3/1569-5/3/1622). Farnese terkenal karena berhasil meninggalkan banyak kenangan berharga bagi rakyat Parma yang patuh padanya. Tentu saja ini berlaku juga di kota Piacenza yang saat itu menjadi wilayah kekuasaannya. Saat ini, Parma dan Piacenza adalah dua kota yang berbeda dan terpisah satu sama lain.

Di Parma—kota kelahirannya—Farnese meninggalkan banyak hal berguna. Salah satunya adalah Teatro Farnese. Nama Farnese diambil untuk mengenang jasanya. Raja yang bernama lengkap Ranuccio I Farnese ini menaruh perhatian besar pada bidang budaya. Pada zamannya, konon, Parma menjadi ibu kota bidang budaya untuk level dunia. Dalam hal ini, Parma pada zaman Farnese selevel dengan kota London dan Paris saat ini.

Farnese kiranya tahu benar keinginan rakyat kota Parma saat itu. Itulah sebabnya, Teatro ini didirikan untuk menampung sekitar 3000 penonton. Bentuknya pun sangat unik. Teatro Farnese dikenal juga dengan sebutan Teatro U karena bentuknya mirip huruf U.

Bagian penontonnya disusun berbentuk tangga dengan 14 anak tangga. Dari anak tangga berketinggian 22 meter inilah penonton bisa menyaksikan aksi teater di hadapan mereka. Jumlah 3000 kiranya tepat untuk ukuran bidang U sepanjang 87 meter dan dengan lebar 32 meter.

Pada bagian akhir dari anak tangga atau pada bagian atas, masih ada 2 tingkatan berukuran besar. Tingkatan itu berupa panggung besar (palcoscenico) dengan tinggi 12 meter dan total panjangnya 40 meter. Bagian belakang ini biasanya digunakan pada acara tertentu saja. Untuk teater biasa cukup di panggung bawah saja.
 
Miniatur Teatro Farnese. Dokumentasi pribadi

Teatro Farnese ini berada di kompleks Piazza della Pace atau tepatnya menjadi bagian dari Palazzo della Pilotta. Teatro ini berada di lantai 1 dari gedung palazzo ini. Tidak sulit untuk menemukannya. Begitu naik tangga, ada tulisan petunjuk yang berada di dekat tangga. Pintu masuknya tepat di dekat tangga. Dari pintu masuk masih ada lorong panjang sebelum sampai di bagian Teatro.

Dua kali penulis berkunjung ke sini saat ada pertunjukkan Teater Malin Kundang pada 2014 yang lalu dan pada hari kunjungan gratis untuk seluruh museum di kota Parma. Dua kali ke sana membuat rasa ingin tahu makin tinggi. Dari sinilah lahir pencarian untuk mengetahui sejarah teatro ini.

Teatro ini memang mempunyai sejarah panjang. Dibangun pada abad 17 yakni tahun 1617 sampai 1618 oleh arsitek Giovan Battista Aleotti (1546-1636). Ide untuk membangun teatro ini muncul dari Raja Farnese. Ia ingin menyambut kehadiran seorang raja dari kota Toscana—Raja Cosimo II—yang sedang berkunjung ke kota Milano. Cosimo II dalam rencananya akan berhenti di kota Parma. Penyambutannya pun direncanakan dalam bentuk acara teater.

Cosimo berkunjung ke Milano dalam rangka menghormati tokoh terkenal di kota itu yakni Carlo Borromeo (1538-1584). Dia adalah seorang Kardinal dan menjadi Pelindung kota Milano. Diangkat menjadi Santo dalam Gereja Katolik oleh Paus Celemente VIII pada 1 November 1610.

Cosimo dalam rencana ini rupanya tidak bisa menikmati acara penyambutan dari Raja Farnese di Parma. Dia membatalkan kunjungannya karena alasan kesehatan. Teatro yang selesai dikerjakan pada musim gugur tahun 1618 ini pun menjadi panggung kosong tanpa pertunjukan selama 10 tahun.

Mimpi Cosimo untuk menikmati teatro ini pun ikut tertunda selama 10 tahun sampai pada kesempatan pembukaan awalnya yakni 21 Desember 1628. Inilah waktu pertunjukkan pertama di Teatro ini. Pada saat itu ada pertunjukkan untuk memeriahkan Pesta Pernikahan dari Odoardo (putra dari Ranuccio) dan Margherita de’ Medici (putri dari Cosimo). Cosimo kiranya senang melihat pertunjukkan dan melihat panggung Teatro Farnese ini.
 
Para pengunjung terkagum-kagum melihat model teatro ini. Dokumentasi pribadi
Sejak saat itu, Teatro Farnese mulai banyak digunakan untuk pertunjukkan. Mulai dari pertunjukkan Mercurio e Marte yang perankan oleh Claudio Achillini sebagai pengaklamasi teks dan iringan musik oleh Claudio Monteverdi. Meski banyak pertunjukkan, biaya perawatan teatro ini ikut mengurangi jumlah permintaan. Dengan alasan ini pun, jumlah pertunjukkan akhirnya dibatasi sampai pada pertunjukkan akhir pada tahun 1732. Nasib pertunjukkan yang tidak jadi dipentaskan memang tidak berhenti di sini. Teatro Farnese akan menjawabnya dalam beberapa abad kemudian.

Sejak tahun 1732 memang Teatro ini praktisnya mati suri. Menjadi tambah hancur lebur dengan pengeboman yang terjadi pada 13 Mei 1944 pada Perang Dunia II. Sekitar 22 tahun kemudian, Teatro ini dibangun kembali yakni antara 1956 dan 1960. Desain asli pun tetap dipertahankan dengan bahan material yang sebagiannya hasil modifikasi.

Praktisnya butuh waktu 3 abad bagi Teatro Farnese untuk menjawab permintaan pertunjukkan yang jumlahnya banyak itu. Teatro ini—sejak direkonstruksi kembali—menerima banyak permintaan pertunjukkan. Bahkan, sejak 2001, Teatro ini mempunyai proyek Farnese Shakespeare untuk mengelola pertunjukkan yang ada.

Tahun 2001 misalnya ada pertunjukkan La Tempesta (Badai) dan Come vi piace (Bagaimana kalian menginginkannya). Setahun kemudian ada pertunjukkan Kisah Tragis dari Amleto, Pangeran dari Denmark. Pada 2003, ada Peccato fosse puttana (Malangnya Pelacur Itu). Masih banyak daftar pertunjukkan lainnya yang diputar sekitar dua minggu atau satu bulan untuk setiap pertunjukkan.

Dari daftar ini bisa diduga bahwa orang Parma memang suka bermain teater. Raja Farnese kiranya sudah menduga hal ini di masa pemerintahannya. Memang orang Parma suka teater. Teatro Farnese hanya satu dari sekian Teatro di kota Parma. Munculnya teater ini tak lepas dari kecintaan rakyat Parma pada dunia teater. Banyak seniman dalam dunia teater lahir, dididik, dan menjadi pemeran di berbagai Teatro ini.

Kiranya, tidak berlebihan jika ada pendapat bahwa kebaikan Raja Farnese tidak saja dikenang untuk beberapa waktu tetapi sepanjang hayat. Selagi rakyat Parma masih cinta pada dunia Teater, selama itu juga kenangan akan Raja Farnese dihidupkan.
 
salah satu bagian sisi penonton
Ide untuk membangun Teatro Farnese memang baik dan berguna tetapi lebih baik dan berguna lagi jika Teatro itu dihidupkan terus dengan mementaskan pertunjukkan bermutu. Dan, rakyat Parma menjawab dan terus menjawab kerinduan ini. Dengan kata lain, rakyat Parma ingin tetap menghidupkan keinginan Raja Farnese sejak dulu. Kenangan akan Farnese pun tetap hidup sampai hari ini.

Betapa kebaikan seorang pemimpin terus dihidupkan karena ia berhasil meninggalkan sesuatu yang berguna bagi rakyatnya.

Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.

PRM, 14/11/2016
Gordi

Dipublikasikan pertama kali di blog kompasiana



Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.